Senin 27 Nov 2017 19:04 WIB

Kendaraan Berat Paksa Melintas di Jalinbar yang Ambruk

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Karta Raharja Ucu
Jalan lintas barat (Jalinbar) di Kampung Mandiri Sejatin KM 20, Kecamatan Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat (Pesibar), Lampung, terputus akibat terjangan air hujan, Kamis (12/10) dini hari.
Foto: Republika/Mursalin Yasland
Jalan lintas barat (Jalinbar) di Kampung Mandiri Sejatin KM 20, Kecamatan Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat (Pesibar), Lampung, terputus akibat terjangan air hujan, Kamis (12/10) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG --- Meski jembatan darurat (bailey) masih ambruk sejak 23 November lalu, namun arus kendaraan memaksakan diri melintas di jalan lintas barat (Jalinbar) melalui bawah jembatan yang airnya masih surut, Senin (27/11). Banyak kendaraan dari kedua arah terperosok karena kondisi tanah sungai bawah jembatan tidak keras.

Keterangan yang diperoleh Republika.co.id dari warga setempat, Senin (27/11), kendaraan yang melintas di sekitar jembatan yang ambruk tidak saja motor, mobil, bahkan terdapat truk barang yang berani menyeberang dasar sungai. Kendaraan-kendaraan tersebut, bukan saja berasal dari masyarakat sekitar di Desa Mandiri Sejati, Kecamatan Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, namun terdapat dari Bengkulu atau Kota Bandar Lampung.

Menurut Gunawan, warga Krui Selatan, arus kendaraan masih nekat menyeberang melalui muara sungai yang airnya masih surut. Meski terseok-seok, kendaraan seperti motor dan mobil yang roda bannya terperosok ke dalam tanah, warga dan aparat setempat bergotong royong mendorong agar kendaraan tersebut bisa menyeberang.

"Memang banyak kendaraaan warga setempat, tapi ada juga mobil yang dari Bengkulu karena sudah terjebak melintas di jalan tersebut," kata lelaki pegawai negeri tersebut.

Jembatan di Desa Mandiri Sejati masih utuh saat ambruk pada Kamis (23/11). Namun, mobil truk fuso yang menyebabkan jembatan ambruk sudah berhasil dievakuasi pada Ahad (26/11) petang. Truk fuso tersebut menjadi barang bukti polisi terkait ambruknya di tengah jembatan tersebut.

Polsek Pesisir Tengah telah mengamankan truk fuso penyebab jembatan darurat ambruk. Padahal, jembatan tersebut baru beroperasi pada 27 November 2017, setelah jembatan permanen amblas pada 12 November 2017.

Iwan, sopir mobil pribadi asal Krui mengatakan, kendaraan lebih menyukai jalinbar untuk mobilitas sehari-hari dibandingkan melalui jalan lintas tengah (Jalinteng), karena jarak tempuh lebih pendek dan selisih waktu yang jauh lebih singkat. "Jadi wajar kalau sopir nekad menyeberang dasar sungai di bawah jembatan, karena tanggung hanya sejengkal jalan yang putus," ujarnya.

Para sopir pribadi dan truk terpaksa merogoh uang sekedarnya untuk memberi warga yang menolong mendorong mobilnya terperosok di dasar sungai. Sopir mengaku tidak keberatan asalkan dapat menyeberang dengan selamat dibandingkan harus memutar jauh lewat jalinteng.

Sedangkan arus kendaraan dari Pelabuhan Bakauheni dan Kota Bandar Lampung yang hendak menuju Krui, Liwa, atau Bengkulu dialihkan petugas melalui jalinteng. Sedangkan jalinbar telah dipasanga pengumuman jalan terputus dan pengalihan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement