REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam Kalimantan Barat (Badko HMI Kalbar) selenggarakan Seminar Ekonomi bertemakan “Membangun Perspektif Objektif Kebijakan Ekonomi Jokowi-JK”.
Ketua Panitia Lelaksana, Najib Amrullah mengapresiasi para peserta, undangan, dan narasumber yang telah menghadiri acara tersebut. Ia juga menyampaikan tujuan dari diselenggarakannya kegiatan tersebut.
"Terima kasih kepada para peserta, undangan, dan narasumber yang telah hadir pada acara Seminar Ekonomi yang dilaksanakan oleh Badko HMI Kalbar. Secara spesifik, tujuan dilaksanakannya Seminar Ekonomi pada hari ini ialah membangun pandangan yang objektif, pandangan yang apa adanya tanpa dipengaruhi oleh apapun," kata Najib seperti dalam siaran pers kepada Republika.co.id, Ahad (26/11).
Seminar yang dilaksanakan di Aula Balai Bahasa Provinsi Kalbar, Kamis (23/11) ini menghadirkan narasumber dari dua kalangan yang berbeda. Rasiam dari kalangan akademisi yang juga pengamat ekonomi syariah dan Mansur Zahri dari kalangan pelaku usaha yang juga bendahara umum HIPMI Kalbar.
Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Ketua Badko HMI Kalbar, Muhammad Faiz dihadiri oleh lebih dari 70 orang yang terdiri atas beberapa OKP dan perguruan tinggi.
Pada sesi tanya jawab, peserta sangat proaktif dalam mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Kegiatan ditutup dengan penyerahan plakat kepada narasumber.
Ketua Umum Badko HMI Kalbar, Muhammad Faiz menjelaskan secara singkat tentang tema yang diangkat dalam kegiatan ini.
"Pertumbuhan ekonomi di era pemerintahan Jokowi-JK di atas 5%. Badko HMI Kalbar mengajak rekan-rekan mahasiswa untuk menilai kebijakan-kebijakan pemerintah dengan objektif. Artinya, yang baik harus dinilai baik. Yang tidak baik, kritisi dengan cara yang baik-baik pula," katanya.
Dalam penyampaian materi, Rasiam menjelaskan bahwa bangsa Indonesia jangan terlalu bangga ketika negara berhasil mengekspor barang.
“Jangan pernah bangga jika kita menjadi pengekspor barang, karena itu hanya menjadikan negeri kita semakin dieksploitasi oleh negara lain,” katanya.
Selain itu, Rasiam juga membeberkan beberapa penyebab merosotnya nilai rupiah. “Penyebab merosotnya nilai tukar rupiah di antaranya ialah kurang mapannya perekonomian Indonesia, capital flight (pelarian modal ke luar negeri), dan instabilitas ekonomi dan politik dalam negeri,” katanya
Mansur, satu di antara narasumber dari kalangan pebisnis menjelaskan bahwasanya kepuasan masyarakat terhadap kebijakan ekonomi pemerintahan Jokowi-JK mengalami kenaikan.
“Menurut data, sebanyak 35% tahun 2015, 46% di tahun 2016 dan sebanyak 56% di tahun 2017 masyarakat menyatakan puas dengan kinerja Jokowi-JK di bidang ekonomi,” pungkasnya.
Di samping itu, Ia turut mengapresiasi kinerja pemerintah dalam upaya menyamaratakan kesejahteraan lewat program pembangunan rumah satu juta unit.
“Negara berusaha untuk hadir dalam upaya menyamaratakan kesejahteraan. Satu di antara caranya ialah dengan program pembangunan rumah satu juta unit.
Tujuannya agar tidak ada lagi masyarakat yang tidak memiliki rumah,” tukasnya.
Rasiam dalam pernyataan penutupnya memberikan pesan kepada para peserta agar tidak terkontaminasi dengan blok-blok tertentu. Selain itu, Ia juga mengharapkan agar generasi muda selalu bekerja keras.
“Indonesia adalah rumah kita semua. Jangan terkontaminasi dengan blok-blok tertentu. Tetaplah pada nilai-nilai universal. Kejujuran, kebenaran, keadilan, dan kerja keras. Generasi muda yang baik adalah yang bekerja keras,”
imbuhnya.
Senada dengan Rasiam, narasumber dari kalangan pelaku bisnis, Mansur Zahri turut memberikan pesan agar para pemuda menjadi yang terdepan dalam menghadapi bonus demografi.
"Dunia PNS semakin kecil peluangnya. Bonus demografi akan terjadi di negeri kita. Ke depan, persaingan akan semakin keras. Jadilah penggilas persaingan tersebut," ungkapnya.