Sabtu 25 Nov 2017 02:15 WIB

TNLL Selamatkan Maleo dengan Sistem Penangkaran

Burung Maleo
Foto: Wordpress
Burung Maleo

REPUBLIKA.CO.ID, SIGI -- Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) berhasil menyelamatkan ribuan ekor anak burung maleo (macrocephalon maleo) lewat sistem penangkaran. Herman Sasia, salah seorang petugas Polisi Kehutanan (Polhut) di jajaran Kantor Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Jumat (24/11) mengatakan sudah lebih dari 1.000 ekor anak maleo dilepas ke alam di sekitar lokasi penangkaran di Desa Saluki, Kabupaten Sigi.

Ia mengatakan sejak dibangunnya penangkaran maleo di desa itu beberapa tahun silam oleh TNLL, sudah banyak anak satwa endemik tersebut diselamatkan sehingga populasinya terus meningkat setiap tahunnya. Penerima penghargaan Kalpataru 2014 asal Kota Luwuk, Kabupaten Banggai itu menjelaskan sistem penangkaran maleo satu-satunya di Sulteng yakni semi alamiah.

Di kawasan TNLL di Desa Saluki, Simoro dan Tuva merupakan habitat dari burung yang cerdik dan bertelur besar itu. Telur-telur maleo yang ditemukan oleh petugas maupun warga di bawa ke penangkaran untuk kemudian ditangkarkan sampai menetas. Selanjutnya, dalam beberapa waktu tertentu dilepas kembali ke alam sekitarnya.

Dia mengaku dahulu masyarakat memburu telur maleo untuk dikonsumsi atau di jual. Karena harganya cukup lumayan berkisar Rp 100 ribu per butir. Namun, kata dia, dari tahun ke tahun setelah ada sistem penangkaran maleo, masyarakat tidak lagi memburu burung langka tersebut.

Justru warga yang menemukan telur maleo di hutan, biasanya membawa ke lokasi penangkaran. Cara menetaskan telur maleo, dia menjelaskan, pertama kali dengan menggali lubang dan menanam telurnya. Telur maleo akan menetas dalam jangka waktu antara 65 sampai 90 hari.

Ia mengatakan setelah telur ditetaskan, kemudian anak burung maleo ditangkarkan dalam beberapa waktu. Setelah anak maleo sudah bisa terbang (umur tiga bulan), barulah dilepas kembali ke alam bebas dalam Kawasan Taman Nasional di desa itu. Dia mengatakan menjaga kelestarian satwa dan flora untuk kepentingan pengembangan pariwisata alam bukan hanya tanggungjawab pemerintah, tetapi juga masyarakat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement