Jumat 24 Nov 2017 00:03 WIB

Anak-Anak Korban Sandera KKB Kembali Bisa Belajar

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Andri Saubani
Evakuasi warga sandera di Papua
Foto: dok. Penerangan TNI
Evakuasi warga sandera di Papua

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak-anak korban penyanderaan kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang dievakuasi ke Timika mendapatkan pelajaran dari para guru yang dibantu polisi wanita dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa guru yang turun untuk dievakuasi karena mengalami teror dari KKB. Sehingga, tidak ada lagi proses beljar mengajar di kampung tersebut.

Kabid Humas Polda Papua Komisaris Besar Polisi Kamal menyebutkan, kegiatan tersebut dilakukan sejak Rabu (22/11). Kegiatan itu diikuti oleh kurang lebih 100 orang murid dengan tenaga guru sebanyak 10 orang. "Ada anak SD dan TK yang ada di penampungan ini," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Kamis (23/11).

Proses bekajar mengajar, lanjut Kamal, dibantu oleh polisi wanita dari Polres Mimika dengan memberikan pelajaran berupa pengenalan huruf dan angka kepada mereka. Hal ini dilakukan untuk mengingtkan kembali apa yang telah mereka dapatkan selama mengikuti proses belajar mengajar di kampung mereka. "Karena kurang lebih satu bulan lamanya mereka tidak mendapatkan pasca terisolir," kata Kamal.

Kamal yang turut mendampingi kegiatan tersebut juga mengatakan, pascaevakuasi warga dari tiga kampung tersebut ke Timika, saat ini aparat berfokus pada tindakan untuk menghilangkan trauma. "Kami meminta instansi untuk mencari solusi yang tepat pertama keinginan dari masyarakat akan menetap di timika ataukah akan kembali ke daerahnya masing-masing," ucap Kamal.

Bila warga sipil kembali, maka harus dipikirkan bagaana kelancaran kehidupan mereka sehari-hari, mengingat kondisi tanah atau pertanian sangat minim. Hal ini menurut Kamal akan berpengaruh terhadap kehidupan mereka. Terlebih, Kamal menuturkan, sudah tidak ada lagi persiadaan makanan.

"Sehingga menjadi perhatian kita semua agar kedepan mereka mendapatkan kehidupan yang layak," kata dia.

Aparat akan melaksanakan musyawarah bersama warga untuk mencari solusi ke depan. Sambil menunggu, saat ini para guru yang ada setiap harinya akan memberikan pelajaran dibantu dengan polisi wanita yang akan menghilangkan trauma mereka dengan situasi dan kondisi yang mereka alami beberapa hari yang lalu.

"Mudah-mudahan dengan adanya kegiatan yang dilakukan saat ini dan kedepan terjadwal dan terstruktur dengan baik akan menghilangkan psikis warga sekitarnya yang berada di penampungan seentara ini kembali lebih baik," ucap Kamal.

Kepala Sekolah SD Inpres Banti Markus Leppang, menyatakan, terdapat 101 anak yang terdiri dari 50 laki-laki dan 51 perempuan yang dievakuasi ke Timika untuk mengikuti proses belajar mengajar. Namun, data tersebut belum mencakup semua data. "Karena pada saat evakuasi karena situasi pada saat itu sangat tidak memungkinkan untuk kami data," kata Markus.

Markus menyatakan, pihaknya sudah berkomunikasi dengan kepala dinas pendidikan Mimika agar anak-anak mendapatkan tempat yang layak. Saat ini, pihaknya hanya bisa menyiapkan buku dan pensil untuk proses belajar mengajar untuk menghilangkan trauma psikologis anak disamping belajar sambil bermain.

"Kami juga berharap dari pemerintah dan lembaga adat serta manajemen PT Freeport harus bersama-sama memikirkan secepatnya untuk mencari tempat yang layak agar anak-anak kita dapat belajar dengan baik," kata dia.

Sejauh ini, Polda Papua melaporkan, berdasarkan data warga asli Papua yang dievakuasi dari Kampung Kimbeli, Banti 1 dan Banti 2 dan Desa Opitawak yaitu sebanyak 806 orang. Dari jumlah itu, lakilaki sebanyak 205 orang, perempuan sebanyak 302 sedangkan anak-anak 299 orang.

Dari jumlah 806 orang, terdapat 56 orang yang mendapatkan perawatan medis dengan rincian rawat Jalan sebanyak 54 orang. Kemudian, orang yang dirujuk ke RSUD sebanyak 2 orang.

Masyarakat yang telah dievakuasi tersebut, saat ini ditampung di tenda-tenda dan aula Graha Eme Neme Jauware. Mereka tidur di lantai, dan layanan dapur umum yang belum memadai. Polda Papua telah melakukan koordinasi dengan pemerintah Daerah Mimika agar pemerintah daerah serius memperhatikan warganya dan Polda papua terus melakukan pendampingan agar masyarakat mendapat pelayanan yang optimal.

Kapolda Papua Irjen Boy Rafli Amar mengatakan, di Tembagapura masih ada warga yang masih akan dievakuasi namun jumlahnya belum bisa dipastikan. "Tim Satgas terpadu TNI dan Polri akan selalu siap jika warga minta untuk di evakuasi ke Timika," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement