Jumat 24 Nov 2017 01:50 WIB

Keanekaragaman Hayati Indonesia Hadapi Banyak Tantangan

Keragaman Hayati
Keragaman Hayati

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Upaya untuk mengungkap sekaligus melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia menghadapi banyakan tantangan mulai dari ketersediaan sumber daya manusia, perubahan iklim, hingga masifnya eksploitasi, demikian disampaikan Sektretaris Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Nuramalia.

"Saat ini kita kejar-kejaran dengan waktu, kendala pertama yang kita hadapi ahli taksonomi kita terbatas untuk mengungkap kekayaan keanekaragaman hayati kita," kata Siti di sela-sela seminar Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional di gedung Koesnoto LIPI, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.

Siti mengungkapkan spesimen yang sudah tersimpan di Pusat Penelitian Biologi LIPI belum semua yang teridentifikasi, apalagi yang ada di alam.

Sementara tekanan habitat cukup tinggi seperti alih fungsi lahan karena pembangunan dan bertambahnya jumlah penduduk. "Maka itu kita kejar-kejaran dengan waktu, SDM terbatas, tekanan habitat, di tambah lagi adanya perubahan iklim," kata mantan Kepala Puslit Biologi itu

Menurutnya perubahan iklim yang terjadi sangat mempengaruhi keanekaragaman hayati (Kehati) Indonesia. Dengan segala keterbatasan yang ada, kondisi tersebut harus dapat diantisipasi.

Ancaman eksploitasi di alam karena tingginya permintaan akan satwa untuk peliharaan, dikonsumsi atau keperluan pengobatan juga menjadi tantangan tersendiri yang harus dihadapi bersama-sama dengan berbagai pihak. "Yang harus dilakukan mendidik generasi muda untuk mau menjadi taksonomi dan meyakinkan pengambil kebijakan atau pemerintah supaya riset-riset terkait Kehati didukung," katanya.

Menurutnya kekayaan hayati Indonesia sangat banyak tetapi dana riset untuk Kehati sangat sedikit. Misalnya untuk melakukan penelitian di daerah-daerah yang terpencil guna mengungkap Kehati lokal membutuhkan dana perjalanan yang besar. "Kita dianggap menghamburkan uang karena memakai dana perjalanan. Lah, Indonesia ini kan luas satu tempat ke tempat lainnya sampai ke pelosok kita eksplorasi," kata Siti.

Ia mengatakan akan kesulitan untuk mengetahui potensi dan memanfaatkan alam Indonesia jika tidak tau makhluk apa saja yang ada di dalamnya.

Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan di laut ditemukan bahwa laut memiliki potensi yang baik untuk obat antibiotik. "Kita tau antibiotik sekarang banyak yang gak mempan. Dan antibiotik itu banyak tersembunyi di dalam hutan dan laut kita. Tapi bagaimana mengungkap itu semua, kalau ahli taksonomi laut dan hutan saja kurang dari lima," katanya.

Siti menambahkan kekhawatiran apabila ahli Indonesia tidak mampu mengungkap kekayaan alamnya sendiri maka akan mengundang peneliti asing untuk masuk dan mematenkan potensi yang ada untuk kemaslahan umat.

Menurutnya LIPI berupaya jangan sampai Indonesia hanya bisa "gigit jari" jika Kehati dimanfaatkan oleh orang asing sehingga dengan segala keterbatasan yang ada tetap melakukan penelitian untuk mengungkap Kehati nusantara. "Jadi tantangan LIPI adalah dengan dana terbatas kita berupaya kerja sama upaya terus ungkap Kehati baik terbatas sumber daya manusia dan dana, kita yakin harus mampu ungkap kekayaan kita sendiri oleh peneliti sendiri," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement