Kamis 23 Nov 2017 06:01 WIB

Transformasi Besar Arab Saudi

Bendera Arab Saudi

Demikian pula, mengenai tidak adanya lagi larangan perempuan mengendarai mobil dan menonton pertandingan sepak bola. Jadi aspek-aspek ini tidak ada hubungan dengan NEOM, sebagaimana disimpulkan sebagian orang.

‘Kembali ke masa lalu Islam moderat’ juga tidak bisa disimpulkan Sang Pangeran sedang melakukan liberalisasi. Wahabisme punya penjaga, yakni golongan ulama Al-Sheihk.

Seperti diketahui, sistem politik di negeri ini dikendalikan dua pusat otoritas: Raja dan Ahlul-Sheikh. Raja memegang otoritas politik dan pemerintahan, sedangkan Ahlul-Sheikh (keturunan keluarga ibn Abdul Wahab, pendiri Wahabisme) otoritas pengadilan dan keagamaan.

Hubungan keduanya bersifat simbiosis-mutualis. Inilah yang menjadi alasan penulis menyatakan proyek NEOM akan berhasil. Jadi, melalui institusi Ahlul-Sheikh, sekularisasi dan liberalisasi tidak akan pernah terjadi.

NEOM tidak akan berubah menjadi Las Vegas, Berlin, New Orleans, atau Makau, yang syarat nuansa hedonis. Sebaliknya, akan menjadi kawasan industri modern di pusat Islam, yang tentu dengan nuansanya sendiri yang unik, Wahabisme.            

Karena sikap politik fleksibel, Saudi bukan hanya menjadi tempat kiprah Sururi dan Jihadi, melainkan juga sejumlah kelompok fundamentalis lainnya.

Kenyataan demikian dapat menjadi sumber petaka: masyarakat tidak sehat karena dipenuhi prasangka, korupsi, intoleransi, dan tumbuhnya sikap tidak realistis.

Jadi, penangkapan sejumlah pangeran, mantan menteri dan pengusaha beberapa hari lalu, serta sejumlah ulama sebelumnya, bisa dilihat dari konteks ini, tidak direduksi sekadar persaingan antara kelompok Jilwa versus Sudayri, di mana Pangeran Salman berada, sebagaimana dikatakan beberapa pengamat.

Fakta tersebut adalah sebuah faktor, bahwa untuk melakukan transforamsi dan reformasi nasional, yang digagas dalam Visi Saudi 2030 dan NEOM, ternyata masalahnya bersumber dari sesuatu yang lebih dalam, yaitu masyarakat yang secara politik tidak lagi sehat.

Dengan demikian, ‘kembali ke masa lalu Islam moderat’ merupakan nilai kesadaran yang ditanamkan agar transformasi dan reformasi berlangsung efektif. Juga jawaban terhadap perubahan dan tuntutan generasi baru Saudi yang kian terpelajar, dengan wawasan globalnya, yang kini terus tumbuh dan menguat di negeri ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement