Rabu 22 Nov 2017 19:44 WIB

Bantu Rohingya, Pramuka Tembus Tiga Lokasi di Myanmar

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Hazliansyah
Laporan Aksi Bumbung Pramuka untuk Rohingya. Ketua Kwarnas Pramuka Adhyaksa Dault bersama Wakil Ketua Kwarnas Pramuka Bidang Pembinaan Anggota Dewasa, Susi Yuliati, dan Ketua Gerakan Ibu Negeri Neno Warisman (dari kanan) saat konferensi pers laporan Aksi Bumbung Kemanusiaan untuk Rohingya di Jakarta, Sabtu (23/9).
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Laporan Aksi Bumbung Pramuka untuk Rohingya. Ketua Kwarnas Pramuka Adhyaksa Dault bersama Wakil Ketua Kwarnas Pramuka Bidang Pembinaan Anggota Dewasa, Susi Yuliati, dan Ketua Gerakan Ibu Negeri Neno Warisman (dari kanan) saat konferensi pers laporan Aksi Bumbung Kemanusiaan untuk Rohingya di Jakarta, Sabtu (23/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Pramuka berhasil menembus tiga lokasi di Myanmar untuk mendistribusikan bantuan bagi Rohingya.

Andalan Nasional Kwarnas Gerakan Pramuka Urusan Pengabdian Masyarakat dan Siaga Bencana (Abdimasgana) Eko Sulitio menyatakan, meski situasi keamanan di Myanmar belum bisa dikatakan aman, Gerakan Pramuka masih terus berupaya melakukan misi kemanusiaan untuk membantu para korban bencana kemanusiaan yang dialami Etnis Rohingya.

Tiga lokasi yang sudah berhasil ditembus diantaranya daerah Thay Chawy Kwakpyu, Refugee Camp, Rakhine State, Sittwey, Myanmar. Kedua, di daerah Zaitula Ghuna Village, Rakhine State, Myanmar. Ketiga, daerah Meseri Dash Camp Refugee, di Thay Chawy, Rakhine State, Sittwey, Myanmar.

"Di setiap lokasi Alhamdulillah kami berhasil mendistribusikan 200 paket makanan atau sembako, meski saya akui tidak mudah untuk bisa sampai ke tempat itu karena faktor keamanan yang sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatan diri kita," kata Eko melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, Rabu (22/11).

Eko sudah berada di Myanmar sejak 8 November dan belum pasti kapan kembali ke Indonesia. Dia menuturkan ada tiga alasan kenapa dia datang ke Myanmar untuk melakukan misi kemanusiaan ini.

"Pertama, tidak ada bantuan dari negara donor yang datang ke Sittwey, Rakhine State, Myanmar. Kedua, negara-negara donor semua tertuju ke Bangladesh karena masih ada 600 ribu pengungsi Etnis Rohingya di sana," lanjut Eko.

Selanjutnya, ujar Eko, kelaparan di Myanmar sangat parah.

"Warga Etnis Rohingya tidak ada mata pencaharian. Mau pergi melaut mencari ikan saja dilarang oleh pemerintah setempat," kata Eko.

Eko mengatakan, selama ini masyarakat Rohingya hidup dengan mengandalkan bantuan dari negara-negara asing, karena memang hak kewarganegaraan mereka tidak diakui.

"Jadi, mereka tidak bisa mendapatkan hak, pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan ekonomi," kata Eko.

Eko sendiri berangkat ke Myanmar setelah mendapatkan izin dari Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka Adhyaksa Dault dan Wakil Ketua Kwarnas Bidang Abdimasgana Mayor Jenderal TNI Muhammad Heindra.

Keterlibatan Eko dalam misi kemanusiaan di Myanmar telah dilakukan sejak tahun 2012. Dalam menjalankan tugasnya, Eko dibantu oleh para relawan setempat. Dia berharap agar krisis kemanusiaan yang menimpa Etnis Rohingya segera berakhir.

"Semoga bantuan kemanusiaan ke depan dapat lebih leluasa dan bantuan yang datang lebih banyak. Lebih dari itu, harapan terbesar kami krisis kemanusiaan ini bisa diakhiri," tutup Eko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement