REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur menyelenggarakan kegiatan platform Bengawan Solo dan Pertemuan Forum Sibat (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat) Bengawan Solo untuk mengantisipasi musim penghujan. Kegiatan yang diikuti oleh PMI kabupaten atau kota di sepanjang DAS (Daerah Aliran Sungai) Bengawan Solo ini diadakan pada 21-24 November.
Kepala BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Provinsi Jawa Tengah, Sarwa Pramana, mengungkapkan musim hujan ini akan mempengaruhi debit air Sungai Bengawan Solo pada saat pembukaan kegiatan di Solo, Rabu (22/11). "Bulan Desember nanti diprediksi curah hujan akan tinggi, sehingga perlu mengantisipasi luapan air dari sungai Bengawan Solo," kata Sarwa dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (22/11).
Ketua Bidang PB (Penanggulangan Bencana) PMI menyatakan bahwa pelibatan aktif anggota Sibat akan meningkatkan jejaring informasi kesiapsiagaan. Salah satu upaya PMI, yakni memperkuat kapasitas masyarakat dalam meningkatan jejaring melalui forum semacam ini, melalui Posko sibat dan media sosial, lanjut Sarwa.
Seluruh BPBD dan PMI di Jawa Tengah telah diimbau untuk siaga mengantisipasi berbagai dampak musim hujan, dengan menyiapkan personil dan perlengkapannya, serta melibatkan komunitas di masyarakat. Jalin komunikasi aktif juga dengan pemerintah setempat seperti BPBD dan dinas terkait, kata Sarwa.
Pertemuan ini dihadiri oleh staf bidang PB dan anggota Sibat dari wilayah Jawa Tengah diantaranya PMI Kota Surakarta, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Sragen, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten Karanganyar. Sedangkan dari Jawa Timur meliputi Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Gresik, Kabupaten Tuban, dan Kabupaten Lamongan.
Kepala Seksi Pelayanan Masyarakat PMI Jateng, Dwi Handoko mengatakan tujuan pertemuan yang didukung oleh IFRC (International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies) dan Zurich Insurence Indonesia ini adalah untuk membangun komitmen bersama dalam rangka mendorong ketangguhan masyarakat menghadapi dan mengelola risiko bencana daerah aliran Sungai Bengawan Solo.
"Menyinergikan sumber daya para pemangku kepentingan penanggulangan bencana, dan sektor lain yang bersinggungan dalam mencapai agenda bersama mengurangi risiko bencana dan di daerah aliran Sungai Bengawan Solo selaras dengan kebijakan dan pembangunan daerah," tutup Dwi.