Rabu 22 Nov 2017 14:02 WIB

Hujan Lebat Empat Jam Guyur Gunung Agung

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Gunung Agung memuntahkan abu vulkanik di Karangasem, Bali, (21/11).
Foto: EPA-EFE/ BNPB
Gunung Agung memuntahkan abu vulkanik di Karangasem, Bali, (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah Denpasar memberikan peringatan dini cuaca Bali, Rabu (22/11). Hujan intensitas sedang hingga lebat terjadi mulai pukul 12.40 WITA dan diperkirakan berlangsung hingga pukul 14.40 WITA.

Hujan lebat selama dua jam ini mengguyur wilayah Gunung Agung dan sekitarnya, seperti Rendang, Bebandem, Selemadeg, Pupuan, Pekutatan, Busungbiu, dan Seririt. Kelembaban udara di Gunung Agung 66-85 persen dengan suhu udara 23-30 derajat selcius. Angin masih bertiup lemah ke arah timur.

Pada pukul 14.40 WITA, BMKG Denpasar kembali memperpanjang informasi terkait hujan sedang hingga lebat masih akan berlangsung dua jam berikutnya hingga pukul 16.30 WITA di area sama. Hujan bahkan meluas ke wilayah Sukawati, Blahbatuh, Gianyar, Bajarangkan, Klungkung, Dawan, dan wilayah Gunung Agung lainnya, seperti Manggis, Selat, dan Sideman.

Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III BMKG Bali, Sujabar mengatakan bulan ini hampir seluruh wilayah Bali, terutama tengah, barat, timur, dan selatan sudah memasuki musim hujan. Bali Utara dan sekitarnya baru akan memasuki musim hujan awal Desember 2017.

Curah hujan sebelum masuk puncak musim hujan seperti sekarang, kata Sujabar sudah cukup tinggi. Masyarakat perlu waspada terkait bencana yang biasa timbul karena curah hujan tinggi, seperti longsor, banjir, dan petir.

"Wilayah Bali Timur, seperti Karangasem adalah daerah yang curah hujannya rata-rata di atas sedang," katanya di Denpasar, Rabu (22/11).

Curah hujan tinggi di Karangasem, sebut Sujabar berpengaruh terhadap aktivitas gunung berapi tersebut. Akan tetapi, pengaruh buruknya baru terasa jika gunung sudah mengalami letusan magmatik, sementara saat ini gunung suci umat Hindu tersebut baru mengalami letusan freatik.

"Jika sebuah gunung berapi erupsi (magmatik), sementara curah hujan tinggi rata-rata 40 milimeter kubik per jam terus terjadi, maka itu baru membahayakan wilayah di sekitar kawasan rawan bencana (KRB), khususnya aliran sungai di sekitar gunung," katanya.

BMKG Wilayah Denpasar akan terus memperbaharui informasi data cuaca dan arah kecepatan angin kepada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Data dari BMKG juga sebagai data pendukung untuk penentuan status Gunung Agung.

Hingga pukul 12.00 WITA, Pos Pengamatan Gunung Api Agung mencatat lima kali intensitas kegempaan. Jumlah tersebut terdiri dari dua kali gempa vulkanik dangkal, satu kali gempa vulkanik dalam, satu kali gempa tektonik lokal, dan satu kali gempa tektonik jauh.

Tremor menerus atau mikrotermor di Gunung Agung terekam dengan amplitudo dua hingga empat milimeter. Tingkat aktivitas Gunung Agung yang baru saja mengalami letusan freatik sehari sebelumnya masih ditetapkan level tiga atau siaga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement