REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Airnav Indonesia) memastikan letusan Gunung Agung, Karangasem, Bali tidak mengganggu penerbangan. Letusan terjadi kemarin (21/11) pada pukul 17.05 WITA dengan mengeluarkan asap berwarna kelabu dan abu vulkanik tipis.
"Letusan Gunung Agung tidak berdampak pada kegiatan penerbangan di wilayah Bali. Meski demikian, AirNav terus memantau perkembangan secara ketar dan menyiagakan seluruh personilnya," kata Direktur Operasi AirNav Indonesia Wisnu Darjono dalam pernyataan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (22/11).
Dia memastikan AirNav cabang Bali saat ini masih terus memonitor keberadaan debu vulkanik di Bandara Ngurah Rai. Pemantauan tersebut dilakukan dengan melakukan paper test dan koordinasi erat dengan BMKG dan PVMBG posko aktif.
Setelah mengamati melalui Darwin Volcanic Ash Advisory Center (DVAAC) dengan menggunakan Volcanic Ash Paper Test, Wisnu memgatakan hasilnya nill VA. "Selain itu, dimana pilot melaporkan kepada AirNav bahwa ada awan abu kecil dari Gunung Agung bergerak ke arah timur," kata Wisnu.
Dengan begitu, Wisnu menegaskan tidak ada abu vulkanik di Bandara Ngurah Rai. Wisnu menegaskan erupsi Gunung Agung tidak berdampak pada kegiatan penerbangan di wilayah Bali.
Bahkan, kata Wisnu, perkembangan terakhir mengenai erupsi Gunung Agung semakin mengecil. Untuk itu, Wisnu memastikan penerbangan dari dan ke Bali hingga saat ini masih berlangsung normal. Semua normal, tidak ada penerbangan yang dialihkan atau dibatalkan, semua tetap berjalan dan kami awasi dengan ketat, tutur Wisnu.
AirNav telah menyiapkan rencana kontigensi untuk mengantisipasi jika gunung dengan ketinggian 3.031 mdpl tersebut mengalami peningkatan status. Mulai dari memvector pesawat untuk menghindari area terdampak hingga menyiapkan bandara di sekitar Bali sebagai bandara alternatif bila Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar tidak dapat beroperasi karena terdampak erupsi.
"Pada bulan September lalu kami kan sudah mengumpulkan seluruh General Manager di bandara yang akan dijadikan alternatif dan menyiapkan skenario-skenario bila terjadi peningkatan," ungkap Wisnu.
AirNav Indonesia menyiapkan 10 bandara sebagai pilihan alternatif.. Kesepuluh bandara tersebut adalah Jakarta, Makassar, Surabaya, Balikpapan, Solo, Ambon, Manado, Praya, Kupang dan Banyuwangi.