Rabu 22 Nov 2017 09:49 WIB

Masyarakat tak Seluruhnya Paham Letusan Gunung Berapi

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Gunung Agung memuntahkan abu vulkanik di Karangasem, Bali, (21/11).
Foto: EPA-EFE/ BNPB
Gunung Agung memuntahkan abu vulkanik di Karangasem, Bali, (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Provinsi Bali, Dewa Made Indra mengatakan simpang siur berita tentang letusan Gunung Agung, Selasa (21/11) petang menjadi pelajaran tersendiri bagi masyarakat dan pihak terkait. Ini karena tidak semua masyarakat Bali memahami letusan gunung berapi.

Made Indra mengatakan ilmu pengetahuan mempunyai istilah spesifik dalam disiplin ilmu tertentu, seperti membedakan letusan gunung berapi. Jenis letusan gunung berapi ada dua, yaitu freatik dan magmatik.

"Ini yang jarang dipahami masyarakat. Dalam kasus Gunung Agung kemarin, letusannya baru freatik, bukan magmatik, sehingga masyarakat tak perlu panik berlebihan," kata Made Indra di Denpasar, Rabu (22/11).

Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif yang masing-masingnya memiliki ciri khas berbeda. Letusan freatik adalah letusan pembuka yang tidak terlalu membahayakan ketimbang letusan magmatik. Letusan ini dapat berdiri sendiri tanpa erupsi magmatik. Gunung Sinabung misalnya, letusan freatiknya berlangsung lama sebelum disusul letusan magmatik, yaitu sejak 2010 hingga 2013. Letusan magmatik adalah letusan yang disebabkan magma dari perut gunung api. Tanda-tandanya lebih terukur, dan bisa dipelajari ketika akan meletus.

Letusan freatik terjadi akibat adanya uap air bertekanan tinggi. Uap air tersebut terbentuk seiring dengan pemanasan air bawah tanah atau air hujan yang meresap ke dalam tanah di dalam kawah kemudian kontak langsung dengan magma. Letusan freatik disertai dengan asap, abu dan material yang ada di dalam kawah.

Letusan tipe ini sulit diprediksi karena bisa terjadi tiba-tiba, bahkan tanpa disertai tanda berupa meningkatnya aktivitas kegempaan. Sejumlah gunung berapi di Indonesia bahkan meletus freatik saat status gunung masih di level dua atau waspada, seperti letusan Gunung Dempo, Dieng, Marapi, Gamalama, dan Merapi.

Kepala Bidang Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III, Sujabar mengatakan level pendidikan masyarakat tidak sama. Pihak terkait, khususnya media semestinya memberi pemahaman kepada masyarakat dengan menggunakan bahasa mudah dan tidak menimbulkan kepanikan.

"Mungkin jangan dikatakan letusan, tapi mengeluarkan asap cukup tebal," katanya.

BPBD Provinsi Bali sudah berkoordinasi langsung dengan PVMBG untuk penyampaian informasi selanjutnya. Ini menjadi pelajaran penting ke depan supaya pihak terkait dan media lebih bertanggung jawab memberi penjelasan ke masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement