REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur mengingatkan warga yang tinggal di lokasi rawan bancana agar mewaspadai ancaman bencana alam seiring dengan cuaca ekstrem. "Seiring meningkatnya curah hujan pada beberapa hari terakhir dan kondisi cuaca ekstrem di beberapa wilayah di Indonesia termasuk Ponorogo, BPBD Kabupaten Ponorogo mengimbau kepada masyarakat untuk waspada terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti banjir, tanah longsor, genangan air, angin kencang, dan pohon tumbang," ujar Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kabupaten Ponorogo, Setyo Budiono, Selasa (21/11).
Peningkatan debit air di beberapa sungai, menurut Setyo Budiono menjadi indikator utama curah hujan cukup tinggi terjadi di wilayah Ponorogo. "Sehingga kami mengimbau masyarakat yang bermukim di sepanjang sungai untuk selalu waspada bila sewaktu-waktu terjadi banjir dan erosi sungai," imbau Budi.
Menurut Budi, tanah longsor juga menjadi ancaman bagi masyarakat yang bermukim di sekitar lereng pegunungan. Karena hujan deras yang turun di wilayah lereng curam dan tanah yang labil bisa menjadi ancaman bagi warga.
Budi menuturkan di Kabupaten Ponorogo banyak terdapat wilayah rawan longsor. Antara lain sejumlah desa di Kecamatan Ngrayun, Ngebel, Pulung, Soko, Pudak, Badegan, Slahung, Bungkal, Sawoo, dan Sambit. "Di kecamatan-kecamatan tersebut hampir tiap tahun pada saat musim hujan terjadi bencana tanah longsor," ujarnya.
Budi kemudian menyebutkan terjadinya bencana longsor yang menewaskan 28 orang di Desa Banaran, Kecamatan Pulung April lalu. Selain itu, di Desa Bekiring, tak jauh dari Banaran juga sering terjadi pergerakan tanah. Sedangkan wilayah rawan banjir, lanjut Budi meliputi Kecamatan Ponorogo, Balong, Siman, Sukorejo, dan Kauman.
"Kami dari BPBD sudah berkoordinasi dengan Camat dan Kades di sejumlah wilayah rawan bencana untuk melakukan sosialisasi dan imbauan kepada masyarakat agar selalu waspada terhadap ancaman bencana," katanya.
Budi menambahkan pihaknya juga telah mengontrol dan mengaktifkan kembali ekstenso meter (alat deteksi longsor) untuk antisipasi bila sewaktu-waktu terjadi longsor. Selain itu juga melakukan kontrol terhadap sejumlah Early Warning System" (EWS) banjir untuk memastikan alat deteksi dini tersebut berfungsi dengan baik.