Selasa 21 Nov 2017 17:22 WIB

Musim Penghujan Produksi Sentra UKM Gula Jawa Anjlok

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Andi Nur Aminah
Gula jawa (ilustrasi)
Foto: Antara/Idhad Zakaria
Gula jawa (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Seiring datangnya musim penghujan, produktivitas gula merah (gula jawa) para perajin di wilayah Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang mengalami penurunan. Selain proses penjemuran, pengambilan nira dari pohon aren juga terhambat oleh curah hujan yang semakin tinggi, dalam satu bulan terakhir.

Surati (58), salah seorang perajin gula jawa di Desa Ngasinan, Kecamatan Susukan mengakui, penurunan produksi gula jawa ini hingga 65 persen dari produksi normal. "Biasanya, saya bisa memproduksi tujuh kilogram gula jawa. Namun selama musim hujan ini saya hanya mampu memproduksi gula jawa tiga kilogram per hari," ungkapnya, Selasa (21/11).

Ia menjelaskan, proses pembuatan gula jawa ini sangat bergantung dengan cuaca yang bagus sejak saat pengambilan nira dari pohon aren hingga proses pengerasan. Sebab setelah diambil dari pohon aren, nira segar ini selanjutnya dimasak selama lima jam dan bisa lebih dengan menggunakan kayu bakar.

Persoalannya, jika musim hujan para perajin juga sulit mendapatkan kayu bakar. Proses selanjutnya, Surati mengatakan, setelah nira masak dituangkan dalam cetakan tempurung kelapa sebekum dijemur agar adonan nira mengeras. "Ini juga membutuhkan bantuan panas matahari," tegasnya.

Kesulitan ini diamini oleh Tumini (50), perajin gula jawa lainnya di Desa Ngasinan. Sehingga saat hujan kerap turun dengan intensitas tinggi produktivitas usaha kecil mikro (UKM) gula jawa di desanya menurun.

Ia juga mengakui, saat ini untuk bisa memproduksi gula jawa hingga lima kilogram sudah sangat sulit. "Rata-rata pelaku UKM gula jawa ini hanya mampu berproduksi rata-rata tiga hingga empat kilogram per hari," katanya.

Dalam kondisi perajin yang terganggu produktivitasnya, maka pasar akan kekurangan stok gula jawa. Sehingga tiap musim penghujan bisa dipastikan harga gula jawa akan naik. Kendati begitu, yang sangat diuntungkan oleh situasi ini adalah para pedagang. Karena mereka bisa mengendalikan harga di tengah terbatasnya stok gula jawa tersebut.

Sementara mereka maunya mengambil dari perajin atau UKM dengan harga normal, dengan alasan gula yang diproduksi saat musim penghujan kualitasnya mengalami penurunan. Para perajin tidak punya alasan lagi untuk menolak. Yang penting gula jawa produksinya bisa laku," kata Tumini.

Saat ini harga gula jawa dari produsen mencapai Rp 12 ribu per kilogram, tapi di tingkat pedagang bisa mencapai Rp 15 ribu per kilogram," jelasnya.

Kepala Desa Ngasinan, Habib Sudarmono mengatakan menurunnya produksi dan kualitas gula jawa akibat musim hujan ini juga berpengaruh kepada tingkat perekonomian warganya. "Kalau produksi dan kualitas turun, secara otomatis yang terjual tidak banyak dan itu pasti juga mengurangi pendapatan mereka," ungkapnya.

Saat ini jumlah UKM produsen gula merah di Desa Ngasinan mencapai 40 perajin dan semuanya tersebar di seluruh dusun di Desa Ngasinan. Desa Ngasinan ini merupakan salah satu sentra produksi gula merah terbesar di Kabupaten Semarang, katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement