Ahad 19 Nov 2017 12:22 WIB

BNPB: Bencana Banjir Terus Terjadi di Indonesia

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Nur Aini
Warga berdiri di teras rumahnya yang terendam banjir. ilustrasi
Foto: Antara/Rahmad
Warga berdiri di teras rumahnya yang terendam banjir. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kepala Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo mengatakan, bencana banjir yang terjadi di kota besar maupun di sejumlah daerah masih terus terjadi. Dari data yang masuk pada Sabtu (18/11) malam, terjadi banjir di Dusun Rentang 1 dan 2, Nyangkat, Matek Maling, Desa Ganti, Kecamatan Praya Timur, Lombok Tengah.

Faktor yang menyebabkan banjir tersebut adalah meluapnya air di Sungai Ganti dikarenakan intensitas hujan yang cukup tinggi. Banjir ini pun mengakibatkan sedikitnya 280 unit rumah terendam, dan jembatan penghubung antardusun teredam sehingga tidak bisa dilalui masyarakat.

"Jumlah masyarakat dari 280 kk (kepala keluarga) sekarang kondisinya mengungsi di rumah tetangga. Untuk korban jiwa sendiri masih nihil," kata Sutopo, Ahad (19/11).

Menurut Sutopo, sejauh ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Tengah telah melakukan pengecekan untuk memantau langsung kejadian di daerah tersebut. Selain itu ada juga tim dari Tagana Kabupaten Loteng yang telah berada di lokasi bersama dengan Babinsa dan Dinas Kesehatan setempat.

Selain di Lombok Tengah, terdapat daerah yang hingga saat ini masih terdampak banjir dan kondisinya belum baik. Salah satunya terdapat di Kota Bekasi. Dari kejadian banjir pada 11 November, hingga saat ini kondisi masyarakat yang terdampak masih belum bisa kembali ke rumah masing-masing.

Sekitar 146 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari tiga rukun tetangga dan bermukim di Kecamatan Bantar Gebang, Kecamatan Ciketing Udik, sebanyak 61 jiwa kini harus mengungsi di gudang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Sisanya mengungsi ke tempat lain.

"Banjir di tiga tempat ini hingga sekarang masig menggenai pemukiman warga. Ketinggian air terus bertambah karena hujan deras sore ke malam hari. Ditambah longsoran drainase, lubang saluran air pembuangannya tertutup," ujar Sutopo.

Dia menjelaskan, berdasarkan peta bahaya banjir di Indonesia, sedikitnya terdapat 315 kabupaten dan kota di daerah yang berpotensi mengalami banjir sedang hingga tinggi. Jumlah penduduk terpapar dari bahaya senang ke tinggi banjir bisa mencapai 63,7 juta jiwa (26,8 perse penduduk nasional), yang terbagi menjadi 50,8 juta terpapar banjir tinggi dan 12,9 juta terpapar banjir sedang. Risiko banjir pun akan meningkat ketika memasuki musim penghujan.

Sutopo mengatakan, sebanyak 10 kawasan perlu mendapat perhatian dari banjir. Wilayah tersebut di antaranya Aceh, Kota Medan, Kawasan Riau yaitu Sungai Siak, Kampar, Rokan. Kemudian Jambi di Sungai Batanghari dan di Banten yaitu Sungai Ciujung dan Cisadane. Sementara di Jakarta di Sungai Ciliwung, Pesanggrahan, dan Angke.

Di Jawa Barat yaitu di Sungai Citarum, Cimanuk, Cikeas, Bekasi. Sedangkan di Provinsi Jawa Tengah yaitu di Sungai Jratunseluna yang melewati Pati, Kendal, Semarang, Kudus, Purwodadi. Wilayah sungai Bengawan Solo Hulu meliputi Solo, Sragen, Karanganyar, dan wilayah Sungai Citanduy Cilacap. Kemudian di Jawa Timur di sepanjang Sungai Bengawan Solo meliputi Ngawi, Bojonegoro, Tuban, Lamogan, hingga Gresik. "Untuk Provinsi Sulawesi hampir semua wilayah dengan topografi pegunungan yang berpotensi banjir bandang," ujar Sutopo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement