Sabtu 18 Nov 2017 17:51 WIB

Shinta Nuriyah: Bangsa Indonesia Harus Bersikap Terbuka

Puluhan WNI dan diaspora berdialog dengan Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dan Nurmala Kartini Panjaitan Sjahrir seorang ahli antropologi Indonesia di Wisma Duta RI Kopenhagen.
Foto: Dokumentasi KBRI Kopenhagen
Puluhan WNI dan diaspora berdialog dengan Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid dan Nurmala Kartini Panjaitan Sjahrir seorang ahli antropologi Indonesia di Wisma Duta RI Kopenhagen.

REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN -- Tokoh bangsa dan pejuang hak perempuan, Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menyampaikan salah satu langkah untuk menumbuhkembangkan rasa persaudaran dan saling menghargai, saling menghormati antar sesama. Semua itu menurut Shinta dapat dilakukan dengan dialog atau tatap muka dengan seluruh komponen bangsa tanpa melihat latar belakang suku agama ras dan antar budaya.

"Bangsa Indonesia juga harus bersikap terbuka atau open minded," kata Shinta saat berdialog dengan sekitar 80 WNI dan diaspora Indonesia di Wisma Duta RI Kopenhagen, Sabtu (18/11).

Shinta berkata, Indonesia sebagai negara yang pluralis dan majemuk. Dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika harus memandang perbedaan yang ada sebagai suatu rahmat untuk Indonesia dan perbedaan tidak boleh menghambat tegaknya persatuan dan kesatuan.

"Masyarakat Indonesia yang bermukim di luar negeri harus menimba pengalaman dan memberikan sumbangsih berupa oleh-oleh yang dapat dipergunakan untuk menjaga kemajemukan Indonesia," kata dia.

Dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, pertemuan itu berlangsung hangat. Dalam acara itu dibahas berbagai hal terkait perkembangan situasi dan kondisi di Indonesia dan mendiskusikan posisi Indonesia sebagai negara yang majemuk dengan beraneka ragam suku ras budaya dan agama.

Hadir pula DR Nurmala Kartini Panjaitan Sjahrir seorang ahli antropologi Indonesia, yang saat ini juga menjabat sebagai staf khusus perubahan iklim pada Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya.

Kartini menyampaikan tentang pentingnya inklusivitas dan keterbukaan. Bangsa Indonesia, kata dia, harus bangga dengan perbedaan dan kemajemukan yang ada dan harus dikelola dengan baik.

"Toleransi sebagai syarat utama untuk menjaga kemajemukan dan kebhinnekaan sehingga setiap komponen bangsa harus menumbuhkembangkan sikap tolerasi terhadap sesamanya," ucap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement