Sabtu 18 Nov 2017 04:42 WIB

Muhammadiyah Beri Penghargaan untuk Sultan dan Tokoh NU

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Elba Damhuri
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir Nasir, pengurus PP Muhammadiyah serta panitia milad Muhammadiyah ke-105 bersilaturahim dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Gedhong Wilis Kepatihan Yogyakarta , Rabu (15/11l. Pada kesempatan ini Haedar mengatakan akan memberikan award kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X pada resepsi Milad Muhammadiyah ke-105 di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Jum'at malam (17/11)
Foto: Republika/Neni Ridarineni
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir Nasir, pengurus PP Muhammadiyah serta panitia milad Muhammadiyah ke-105 bersilaturahim dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Gedhong Wilis Kepatihan Yogyakarta , Rabu (15/11l. Pada kesempatan ini Haedar mengatakan akan memberikan award kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X pada resepsi Milad Muhammadiyah ke-105 di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Jum'at malam (17/11)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Suasana kekeluargaan begitu terasa di Milad ke-105 Muhammadiyah di Kraton Yogyakarta. Dalam kesempatan itu, tiga tokoh penting bagi pergerakan persyarikatan diberikan Muhammadiyah Award.

Sekertaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti mengatakan, tiga tokoh itu memiliki komitmen yang sama untuk merawat Indonesia dengan semangat kebhinekaan. Ia pun turut memberikan apresiasinya kepada Kraton Yogyakarta yang telah mendampingi perjalanan 105 tahun Muhammadiyah.

"Semua ini menunjukkan Muhammadiyah sangat peduli terhadap komitmen terhadap persatuan dan kesatuan Republik Indonesia," kata Mu'ti di Kraton Yogyakarta, Jumat (17/11).

Ia menceritakan, sejak 1912 hubungan Kraton Yogyakarta dan Muhammadiyah memiliki arti yang sangat penting. Maka itu, posisi Yogyakarta bukan sekadar tempat kelahiran Muhammadiyah, tapi Kraton Yogyakarta memiliki peran yang memang sangat penting bagi kemajuan persyarikatan Muhammadiyah.

Penghargaan sendiri diberikan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X yang mewakili Kraton Yogyakarta. Dalam sambutannya, Sri Sultan menekankan jika penghargaan sesungguhnya diberi kepada pendahulunya, yang mendorong KH Ahmad Dahlan untuk mendalami ilmu agama di Mekkah.

"Muhammadiyah merupakan pergerakan yang dinamis, progresif dan modern, dirgahayu Muhammadiyah yang tengah merayakan miladnya ke 105 tahun," ujar Sultan.

Penghargaan kedua diberikan kepada peneliti asal Jepang yaitu Prof Mitsuo Nakamura, yang sejak 1970-an telah meneliti Muhammadiyah dari Kota Gede Yogyakarta.

Dari tangannya, lahir buku Bulan Sabit Muncul dari Balik Pohon Beringin yang terbit pada 1983, dan jadi referensi utama kajian pergerakan Islam Indonesia, khususnya Muhammadiyah.

Mitsuo, yang tampak tertatih menapaki tangga menggunakan tongkat, mengaku sangat terharu dapat menerima suatu penghargaan dari Muhammadiyah. Ia pun mengaku sangat berkesan bisa mendapat penghargaan bersama Sri Sultan, yang telah menampilkan wajah kristalisasi kebenaran Jawa dan Islam yang sebenar-benarnya.

"Penghargaan ini diberikan kepada warga Muhammadiyah di Kota Gede, dan tentu istri saya, terima kasih, matur nuwun sanget," kata Mitsuo.

Senada, apresiasi diberikan Sri Mulyani, cucu dari Haji Roemani. Ia merupakan sosok tokoh Nahdlatul Ulama dari Semarang yang mewakafkan tanahnya mendukung perjuangan Muhammadiyah untuk didirikan RS Muhammadiyah yang begitu penting artinya bagi persyarikatan Muhammadiyah sampai sekarang.

"Terima kasih sudah meneruskan perjuangan kakek kami," ujar Sri yang saat peresmian RS Muhammadiyah baru berusia 10 tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement