Jumat 17 Nov 2017 19:24 WIB

Antisipasi Bencana Alam, Pemkab Semarang Siapkan Destana

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Israr Itah
Tanah longsor di wilayah Kabupaten Semarang. (ilustrasi)
Foto: Antara/Aditya Wicaksono
Tanah longsor di wilayah Kabupaten Semarang. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Mengantisipasi kerawanan bencana alam, Pemerintah Kabupaten Semarang terus mempersiapkan potensi Desa Tangguh Bencana (Destana). Terutama di wilayah yang memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap ancaman bencana alam seperti tanah longsor.

"Tujuannnya tidak lain untuk mengurangi risiko bencana alam. Maka, kerja sama lintas sektoral melibatkan masyarakat setempat perlu digalang dan disiagakan," kata Kepala BPBD Kabupaten Semarang, Heru Subroto saat menutup Latihan Bersama Potensi SAR di Balai Desa Gemawang, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jumat (17/11).

Heru mengungkapkan, salah satu tindak lanjut yang diambil oleh BPBD Kabupaten Semarang adalah menjadikan Desa Gemawang sebagai percontohan Destana 2017 di Kabupaten Semarang.

Kabupaten Semarang memiliki wilayah 95.020,674 hektare atau 2,92 persen dari luas Provinsi Jawa Tengah. Secara administratif terdiri dari 19 kecamatan, 27 kelurahan, dan 208 desa.

Karena topografi wilayah Kabupaten Semarang terdiri atas perbukitan dan lereng gunung--Ungaran dan Merbabu--menjadikan sejumlah wilayah Kabupaten Semarang memiliki kerawanan terhadap bencana tanah longsor.

Di Kecamatan Jambu dan Kecamatan Banyubiru, menurut Heru, memiliki potensi gerakan tanah dengan klasifikasi menengah hingga tinggi. "Berdasarkan mitigasi, titik rawan bencana tanah longsor berdasarkan pemetaan kami ada di Desa Sepakung, Wirogomo, dan Desa Gemawang," paparnya.

Ia juga mengungkapkan, perwujudan Desa Gemawang sebagai percontohan Destana telah dimulai dari pelatihan mitigasi bencana yang melibatkan komponen desa. Untuk mendukung kinerja potensi Destana Gemawang, juga telah diserahkan sejumlah sarana dan prasarana penanganan bencana, seperti gergaji mesin, gerobak pengangkut tanah, sekop tangan, serta bantuan alat komunikasi.

Kepada masyarakat sekitar area rawan bencana juga diberikan pemahaman tentang cara mengantisipasi, mengambil tindakan penanganan darurat serta teknik penghitungan kerugian akibat dampak bencana alam.

Melalui pelatihan ini, diharapkan bisa meningkatkan partisipasi seluruh lapisan warga dalam penanganan darurat bencana alam. Sehingga akan mampu menghindarkan jumlah korban jiwa massal.

"Pemerintah dan masyarakat harus siap, karena bencana bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, tanpa pernah mengenal waktu. Namun dengan dengan terwujudnya Destana ini, seluruh elemen warga dapat melakukan antisipasi atas ancaman bencana alam yang mengintai," ujar Heru.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement