Jumat 17 Nov 2017 09:12 WIB

Polda Bali Gelar Simulasi Penanganan Aksi Terorisme

simulasi penanganan terorisme / Ilustrasi  (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
simulasi penanganan terorisme / Ilustrasi (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, KUTA -- Kepolisian Daerah Bali bekerja sama dengan instansi terkait lainnya menggelar simulasi penanganan aksi terorisme yang diskenariokan terjadi di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

"Ini merupakan latihan bagaimana kami memerangi terorisme," kata Kepala Polda Bali Inspektur Jenderal Petrus Reinhard Golose ketika memberikan sambutan simulasi penanganan terorisme di General Aviation Terminal Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Jumat (17/11).

Menurut jenderal bintang dua itu simulasi tersebut digelar untuk meningkatkan kesiapsiagaan termasuk menguji kemampuan petugas kepolisian dan instasi terkait lainnya dalam menangani aksi terorisme termasuk setelah aksi. Dalam simulasi tersebut digambarkan pejabat negara setingkat menteri tiba di Bali untuk melakukan pertemuan bisnis.

Tiba-tiba sekelompok orang yang menyamar sebagai awak media dan petugas penjemput menyandera pejabat penting itu. Aksi tembak-menembak pun terjadi disertai teriakan dan kepanikan para korban, seakan menjadi klimaks yang menarik perhatian para delegasi perwakilan negara sahabat yang menyaksikan simulasi itu.

Sejumlah orang diskenariokan tewas, sedangkan pejabat negara itu disandera para teroris ke dalam gedung terminal Bandara Ngurah Rai. Selang beberapa menit kemudian satuan petugas kepolisian didukung tim antiteror Polda Bali berdatangan ke lokasi kejadian untuk melakukan penanganan.

Teroris yang diketahui berafiliasi dengan kelompok radikal meminta sejumlah tuntutan di antaranya menyiapkan pesawat jet, uang tebusan Rp100 miliar dan membebaskan sejumlah tahanan terorisme yang merupakan rekan mereka di Lapas Nusakambangan.

Dalam simulasi tersebut, Polda Bali menyiapkan pesawat asli jenis Boeing 737 milik anak perusahaan salah satu maskapai penerbangan nasional Indonesia. Setelah menggunakan taktik dan memanfaatkan kelengahan kelompok teroris, tim antiteror gabungan akhirnya dapat melumpuhkan teroris dan beberapa di antaranya ditangkap.

Dalam penanganan setelah aksi terorisme itu juga diperagakan proses identifikasi melibatkan Forensik, DVI, Inafis, dan petugas terkait lainnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement