Kamis 16 Nov 2017 10:49 WIB

Milad 105 Tahun Muhammadiyah Merekat Kebersamaan

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir Nasir, pengurus PP Muhammadiyah serta panitia milad Muhammadiyah ke-105 bersilaturahim dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Gedhong Wilis Kepatihan Yogyakarta , Rabu (15/11l. Pada kesempatan ini Haedar mengatakan akan memberikan award kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X pada resepsi Milad Muhammadiyah ke-105 di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Jum'at malam (17/11)
Foto: Republika/Neni Ridarineni
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir Nasir, pengurus PP Muhammadiyah serta panitia milad Muhammadiyah ke-105 bersilaturahim dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Gedhong Wilis Kepatihan Yogyakarta , Rabu (15/11l. Pada kesempatan ini Haedar mengatakan akan memberikan award kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X pada resepsi Milad Muhammadiyah ke-105 di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Jum'at malam (17/11)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Muhammadiyah dalam rentang usianya yang sudah lebih dari satu abad telah merasakan dinamika kehidupan berbangsa. Kiprah membangun dan mengisi ruang kehidupan kebangsaan yang berlandaskan bingkai kebersamaan atas prinsip toleransi dan kebhinekaan dari Muhammadiyah, tidak perlu diragukan.

Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto mengatakan, tidak mudah merajut dan merekatkan bangunan kebangsaan. Mengingat, bangsa ini merupakan bangsa yang sangat besar, dan besar itu tidak sekadar luas wilayah. "Tapi besar karena luasnya keberagaman dan latar belakang sosialnya," kata Agung, Kamis (16/11).

Bertepatan Milad Muhammadiyah ke-105 tahun yang dalam hitungan Masehi jatuh pada 18 November 2017, PP Muhammadiyah memilih tema yaitu Muhammadiyah Merekat Kebersamaan. Tema ini bermakna Indonesia yang lahir dari hasil kesepakatan pendahulu, harus terus dipelihara agar bisa menjadi negara yang bersatu.

Artinya, harus ada upaya aktif dari seluruh masyarakat untuk mewujudkan Indonesia bersatu, agar upaya itu bukan hanya berujung kepada slogan, melainkan realitas. Sebagai salah satu elemen masyarakat, Muhammadiyah mencoba membina Rekatama yang saat ini sedang memudar di tengah masyarakat karena konflik sosial.

Terlepas dari itu, dalam acara resepsi Milad Muhammadiyah yang akan digelar Jumat (17/11) malam, akan dihelat di Pagelaran Kraton Yogyakarta. Agung menekankan, Muhammadiyah dan Krayon Yogyakarta memiliki sejarah yang panjang.

"Muhammadiyah itu sejak awal bisa dikatakan selalu disupport (dukung) oleh Kraton, itu nampak ketika KH Ahmad Dahlan dikirim ke Timur Tengah," ujar Agung.

Terkait konsep acara, ia menerangkan, nantinya anggota PP Muhammadiyah akan mengenakan pakaian adat Jawa. Sudah, perwakilan-perwakilan wilayah Muhammadiyah dari berbagai daerah akan memakai baju adat daerahnya masing-masing.

"Konsep adat seperti ini tentu menjadi salah satu upaya perekaman yang menjadi satu kesatuan yang harmonis," kata Agung.

PP Muhammadiyah turut mengundang berbagai macam elemen masyarakat, mulai dari tokoh-tokoh agama, bangsa, politik, dan khususnya warga Persyarikatan Muhammadiyah. Selain itu, PP Muhammadiyah akan mengadakan Muhammadiyah Award, yang akan diberikan kepada orang-orang yang memiliki jasa besar bagi persyarikatan.

Mereka yang akan menerima penghargaan di antaranya Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Ada pula alah satu warga biasa yang memiliki dedikasi dan kedermawanan dalam membangun Rumah Sakit Muhammadiyah H. Roemani, dan peneliti asal Jepang yang telah banyak meneliti perkembangan Islam, khususnya Muhammadiyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement