REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Pengamat Politik dari Lingkar Madani Ray Rangkuti menilai, keputusan Partai Golkar mendorong kadernya Daniel Muttaqien, kurang tepat. Karena, ia melihat, Daniel sama sekali tidak melengkapi kebutuhan Ridwan Kamil (Emil) dalam upaya memenangkan Pilkada Jawa Barat 2018.
"Yang dibutuhkan Emil itu santri. Kalau berhadapan dengan Deddy Mizwar itu harus ditonjolkan keislamannya," ujar Ray saat dihubungi wartawan, Rabu (15/11). Ray mengatakan, Daniel Muttaqien dianggap tidak tepat karena tidak memiliki latar belakang sebagai santri.
Menurut Ray, alasan Golkar yang ingin memenangkan Pilkada Jawa Barat dengan memasangkan kader internal dengan Emil, tak tepat. Seharusnya, Golkar mencalonkan kadernya yang memiliki basis pemilih pesantren. Meski bukan sebuah rumus baku, tapi basis pemilih pemimpin religius masih cukup dominan di Jawa Barat. "Kemenangan Ridwan Kamil sangat tergantung dengan wakilnya," katanya.
Ray menyarankan pada Golkar, untuk mencari kader yang basic-nya pesantren. Yakni, bisa ulamanya bisa santrinya yang dikenal banyak orang dan terpenting punya basis kultur pesantren. "Di Jawa Barat itu penting karena basis santri," katanya.
Untuk saat ini, kata Ray, dalam koalisi pendukung Emil di Pilkada Jawa Barat 2018 terdapat beberapa nama yang terbilang pantas untuk Emil. Misalnya, Maman Imanul Haq dari PKB. "Di PKB itu ada nama Maman Imanul Haq. Dia anggota DPR yang lebih banyak berinteraksi dengan warga," katanya.
Sementara menurut Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Partai Nasdem Jawa Barat Saan Mustopha, Emil diberikan kuasa penuh untuk menentukan wakilnya sendiri. Karena, ia berharap ke depan jika terpilih ada keharmonisan antara Emil dan wakilnya.
"Kalau Nasdem menyerahkan sepenuhnya ke kang Emil. Kita tidak bisa memaksakan kalau enggak pas dan enggak cocok. Tidak boleh ada konflik," kata Saan seraya mengatakan kalau ada perbedaan wakil dan gubernurnya maka yanh kasihan adalah rakyat Jawa Barat akan terbengkalai.
Saan pun, membenarkan jika pihaknya pernah menyodorkan nama ulama asal priangan timur Asep Mousul sebagai pendamping Emil. Namun demikian, keputusan tetap diserahkan kepada pria berkacamata itu. "Dari awal memang Asep Mousul masuk radar dan termasuk nama yang dipertimbangkan," katanya.