Rabu 15 Nov 2017 15:33 WIB

Medan Papua Jadi Alasan Aparat Sulit Bertindak Hadapi KKB

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Karta Raharja Ucu
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigadir Jenderal Polisi Rikwanto.
Foto: REPUBLIKA/Agung Supriyanto
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigadir Jenderal Polisi Rikwanto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ribuan warga sipil dikabarkan masih disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua. Namun, aparat Kepolisian masih belum menentukan langkah represif untuk menindak para personel KKB ini. Polri menyatakan masih melakukan pengkajian di lapangan.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Rikwanto mengatakan, medan terjal Papua menjadi kendala aparat di lapangan. "Kita lihat medannya di sana ya, kalau pernah ke sana itu gunung-gunung di sana itu terjal, tinggi sekali jadi bukan landai seperti Gunung Pangrango, Gunung Gede ya," kata Rikwanto di Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (15/11).

Dingin dan liarnya medan Papua, menurut Rikwanto berimbas pada sulitnya untuk pergerakan aparat. Untuk itu, perlu kehati-hatian perlu dan pendekatan-pendekatan tertentu. Sehingga, jatuhnya korban dapat ditekan seminimal mungkin.

"Jadi pendekatannya juga harus istilahnya mempelajari medan kemudian juga lebih baik saat ini adalah pendekatan kemanusiaan," ujarnya.

Polri berupaya agar warga sipil tidak mengalami kelaparan maupun gangguan kesehatan. "Kan memang ada masyarakat yang tersandera, jadi pendekatannya kan pendekatan safety pendekatan keamanan dalam arti tidak ada korban ya," kata Rikwanto.

Polda Papua sendiri telah menyebarkan maklumat agar personel KKB menyerahkan diri. Selain itu 21 nama telah dimasukkan dalam daftar pencarian orang (DPO). Rikwanto juga mengklaim, Polri sudah mengirimkan tim untuk mediasi sebagai wujud diplomasi.

"Supaya KKB juga menyadari kalau memang ada masalah-masalah dengan lokal Freeport dan lain-lain yang dibicarakan jangan menyandera orang ya. Jadi pendekatan persuasif kita kedepankan sampai saat ini," kata Rikwanto mengakhiri

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement