REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyebutkan Daerah Istimewa Yogyakarta mulai memasuki musim hujan kendati masih sporadis atau belum merata di seluruh wilayah di daerah itu. Kepala kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Joko Budiono di Yogyakarta, Selasa (14/11) mengatakan awal musim hujan terlihat dari curah hujan saat ini yang telah mencapai lebih dari 50 milimeter per dasarian.
"Di awal musim hujan ini jumlah curah hujan rata-rata bulanan diprediksi berkisar 200 - 300 milimeter per bulan," kata Joko.
Ia mengatakan kondisi cuaca pada siang hingga sore terutama di bagian utara dan tengah Yogyakarta berpotensi hujan sedang-lebat. Sedangkan di bagian selatan Yogyakarta potensi hujan akan muncul di sore hingga malam hari dengan suhu udara berkisar 22 hingga 32 Celcius dengan kelembaban antara 60 hingga 95 persen.
Pada musim hujan saat ini, dia mengatakan, setiap bulannya akan mengalami tren kenaikan curah hujan secara bertahap dan puncak tertinggi hujan diprediksi terjadi pada Januari-Februari 2018. Curah hujan pada periode Puncak musim hujan diperkirakan mencapai 400 hingga 550 mm per bulan.
Menurut Joko, hal yang perlu diwaspadai dalam beberapa hari ini adalah munculnya hujan lebat dengan durasi singkat yang dapat disertai petir. Selain itu, potensi angin kencang akibat dari awan cumolonimbus, serta gelombang di laut selatan yang mencapai 1,25 hingga 2,5 meter.
"Kami mengimbau masyarakat mewaspadai potensi bencana seperti bahaya banjir terutama yang tinggal di bantaran sungai, menebang pohon yang tua dan cabang yang sudah rapuh untuk menghindari agar tidak roboh kena angin kencang serta berhati-hati terhadap bahaya longsor," kata dia.