Ahad 12 Nov 2017 04:36 WIB

Kisah Warga Korea yang Masuk Islam dan Berjihad untuk Indonesia

Tentara Belanda
Foto: IST
Tentara Belanda

REPUBLIKA.CO.ID,  Berjuang merebut kemerdekaan maupun mempertahankannya tidak harus orang pribumi yang lahir dan tumbuh besar di Indonesia. Siapa pun dapat ikut berjuang melawan para penjajah yang melakukan tindakan tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Kisah kepahlawanan di Indonesia saat melawan penjajah Belanda maupun Jepang dan sekutunya relatif banyak. Misalnya, Pangeran Diponegoro dari Yogyakarta, Cut Nyak Dien dari Aceh, Mohammad Toha dari Bandung, dan Bung Tomo dari Surabaya.

Selain itu, relatif banyak pahlawan lain yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk Indonesia, termasuk kisah kepahlawanan warga negara Korea bernama Yang Chil-seong.

Pria kelahiran Korea pada tahun 1919 itu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Jawa Barat, sebagai penghormatan atas jasa-jasanya berjuang untuk Indonesia.

Kisah perjalanan hidupnya itu tentu menjadi sesuatu yang menarik, dan menjadi tambahan pengetahuan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, terutama bagi kaum muda Indonesia saat ini.

Perjalanan hidup Yang Chil-seong dari Korea hingga akhirnya tewas ditembak mati di Kabupaten Garut mendapat perhatian dari pemerintah Korea Selatan, bahkan kisahnya dituliskan menjadi bagian buku hasil penelusuran yang dilakukan oleh periset asal negaranya.

Kisahnya itu bermula ketika Jepang membawanya ke Indonesia. Pada saat itu, Jepang selain menjajah Indonesia, juga menjajah kawasan Korea. Tentara Jepang membawanya ke Indonesia pada tahun 1942. Dia ditugaskan menjaga tahanan di Bandung.

Ketika Jepang menyerah, tidak semua tentaranya kembali ke negara tersebut. Yang Chil-seong dan dua tentara Jepang bernama Aoki dan Hasegawa memilih tetap bertahan di Indonesia, lalu mereka pergi ke Kabupaten Garut dan memutuskan diri bergabung berjuang bersama pejuang-pejuang pribumi yang menamakan diri pasukan Pangeran Papak.

Bergabungnya Yang dan dua rekan asal Jepang dengan pejuang pribumi itu menjadikan mereka harus berganti nama dari Yang Chil-seong menjadi nama Indonesia, Komarudin. Begitu pula, Aoki menjadi Abubakar dan Hasegawa menjadi Usman.

Yang juga menikahi seorang perempuan Kabupaten Garut. Dia memutuskan memeluk agama Islam. Begitu juga dengan dua tentara Jepang penganut agama Islam.

Mereka bertiga memiliki kepiawaian. Misalnya, Yang adalah ahli pembuat bom, sedangkan dua tentara Jepang memiliki kemampuan dalam strategi perang sehingga kekuatan pejuang di Garut makin kuat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement