Sabtu 11 Nov 2017 19:11 WIB

Tjondet Kita Meriahkan Hajatan Betawi Lewat Ondel-Ondel

Rep: Achmad Syalaby Ichsan/ Red: Didi Purwadi
Stan Tjondet Kita ikut memeriahkan acara Hajatan Betawi 2017 di Kampus 2 Universitas Islam As-Syafi'iyah, Pondok Gede, Bekasi pada Sabtu (11/11).
Foto: Republika/Achmad Syalaby Ichsan
Stan Tjondet Kita ikut memeriahkan acara Hajatan Betawi 2017 di Kampus 2 Universitas Islam As-Syafi'iyah, Pondok Gede, Bekasi pada Sabtu (11/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hajatan Betawi 2017 dimeriahkan oleh berbagai stan kuliner dan pernak-pernik budaya Betawi. Salah satu pengisi stan yakni Tjondet Kita. Yayasan yang bergerak di bidang seni dan budaya tersebut kali ini membawa serta patung ondel-ondel, boneka ondel-ondel hingga topeng betawi berbagai ukuran.

Tjondet Kita juga menghadirkan sarana edukasi untuk anak-anak berupa seni melipat ondel-ondel. Stan ini pun menjual sandal tradisional betawi yang berbahan ban dalam pesawat terbang.

Ketua Seni dan Budaya Tjondet Kita Foundation, Nurosit Sapri Muslim menjelaskan, pihaknya ingin menampilkan budaya asli betawi. Di Condet, seni dan kuliner Betawi masih sering ditemukan. Selain ondel-ondel, ujar dia, ada seni pantun dan palang pintu yang sudah terkenal seantero Jakarta.

Untuk kuliner, banyak panganan dan minuman khas Betawi yang mudah diperoleh. Dia mencontohkan bir pletok, dodol betawi, kue dongkal, sengkulun dan sebagainya.

Tokoh yang akrab disapa Wa Enung ini menjelaskan, semua panganan tersebut diproduksi oleh putra-putri Betawi. Mereka adalah wirausahawan-wirausahawan yang mencari rezeki sambil melestarikan budaya betawi.

Salah satunya adalah Ahmad Maulana. Pemilik bengkel seni Abu Nawas yang terletak di Jalan Munggang, Condet, Balekambang ini memproduksi ondel-ondel sejak dua tahun lalu. Nana, sapaan akrabnya, mengungkapkan, dia belajar ondel-ondel di Kramat Pulo, Senen, Jakarta Timur.

"Dulu kita belajar di kampung ondel-ondel. Setelah tahu ilmunya, kita modifikasi sendiri," kata Nana saat berbincang dengan Republika.

Saat ini, Nana pun memproduksi beragam macam ondel-ondel dari patung setinggi 1,5 meter hingga 2 meter. Abu Nawas, kata dia, juga memproduksi topeng dan gantungan kunci ondel-ondel. Bengkel ini pun mengkreasi kertas lipat ondel-ondel sebagai edukasi untuk anak-anak. "Harganya macam-macam dari puluhan ribu sampai jutaan rupiah," jelas dia.

Lewat ondel-ondel, Nana berharap kesenian Betawi kembali bangkit. Apalagi, kata Nana, sekarang sudah ada  Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2017 tentang Ikon Budaya Betawi. Dalam beleid itu, disebutkan ondel-ondel adalah satu dari tujuh ikon budaya Betawi yang wajib untuk dilestarikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement