Sabtu 11 Nov 2017 17:19 WIB

Megawati Gerah Kampanye Pilkada Bawa-Bawa Isu SARA

Rep: Kabul Astuti/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri
Foto: Antara/Arifin
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengaku gerah dengan kampanye yang membawa-bawa isu suku, agama, ras, antargolongan (SARA). Hal itu dikatakan Megawati saat mengumumkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Provinsi Bali untuk Pilkada 2018 di Kantor DPP PDI Perjuangan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (11/11).

"Memilih pemimpin itu kan untuk pemerintahan, bukannya untuk pemimpin agama. Seperti di sini ada bapak pendeta datang. Kalau untuk agama Hindu ya serahkan sama beliau. Tolong cari pemimpin agama yang baik. Tapi ini untuk tata pemerintahan. Sekali lagi, tata pemerintahan," kata Megawati di Jakarta, Sabtu (11/11).

Awalnya, Megawati menyinggung kekalahan PDI Perjuangan di Provinsi Bali pada Pilkada 2013. Megawati merasa aneh bahwa lima tahun lalu Bali dapat bergeser ke tangan orang lain. Diketahui, kursi orang nomor satu Bali hari ini dipegang oleh I Made Mangku Pastika yang diusung koalisi Partai Golkar, Demokrat, dan beberapa partai lain.

"Tidak perlu saya ceritakan caranya, tapi saya mengatakan bahwa kalau cara yang digunakan terus-menerus seperti itu tidak ada lagi sebenarnya kita itu menjalankan demokrasi," ujarnya.

Megawati mengaku tahu banyak hal negatif yang dilakukan lawan politik di lapangan. Tapi dia tidak ingin menambah keributan. Menurut dia, hal itu cukup dijadikan bahan evaluasi. Ia berpendirian tidak akan menggunakan cara-cara yang tidak sehat, sehingga memberikan pelajaran yang tidak baik pada masyarakat.

"Jadi kalau nanti caranya berkampanye, nuansanya lalu mempergunakan hal-hal yang bersifat SARA bagi saya ya seharusnya KPU, Bawaslu, Panwaslu menjalankan tugasnya dengan jujur dan adil," kata Megawati.

Ketua Umum PDI Perjuangan ini mengaku prihatin masih ada kampanye berbau SARA yang dilakukan saat jalur-jalur berdemokrasi dengan mengangkat aspirasi rakyat telah dibuka lebar. Megawati mengatakan, Indonesia harus mencari pemimpin dengan cara-cara yang wajar dan demokratis, bukan dengan hal-hal yang berbau SARA.

"Tapi bagi saya, ketika mengalami kekalahan, saya tetap merasa terhormat. Karena biar kalah tetapi kita tetap melakukannya dengan hal-hal yang nilai-nilai positifnya, itu saya berlakukan," pungkas Megawati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement