REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejumlah veteran memperingati Hari Pahlawan dengan melakukan napak tilas bekas ruang kerja Panglima Besar Jenderal Soedirman yang berlokasi di salah satu sudut gedung Grand Inna Malioboro, Yogyakarta, Jumat (10/11).
Sebelum napak tilas bakas ruang kerja Jenderal Soedirman, para veteran dari Paguyuban Wehrkreis III Yogyakarta juga mengikuti "tumpengan" dalam rangka dimulainya pendirian joglo pada Tetenger Jogja Kembali yang juga berlokasi di kompleks hotel di Jalan Malioboro itu.
"Acara ini penting untuk mengenang kejadian sejarah perjuangan kemerdekaan Bangsa Indonesia. Mengenang pengorbanan mereka (para pejuang) tanpa pamrih," kata Ketua Umum Paguyuban Wehrkreis III Yogyakarta, Mamiek Katamsi.
Mamiek berharap, dengan melestarikan peninggalan atau bangunan bersejarah generasi muda bisa terus mengenang perjuangan para pahlawan dan melanjutkan cita-cita kemerdekaan yang utuh yakni masyarakat yang rukun dan demokratis.
Setelah menggelar "tumpengan", para veteran langsung menuju salah satu kamar di sudut hotel yang sebelumnya merupakan ruang kerja Panglima Besar Jenderal Soedirman. Kamar tersebut merupakan tempat kantor MBO (Markas Besar Oemoem) Tentara Keamanan Rakyat Pimpinan Panglima Besar Jenderal Sudirman.
"Panglima Besar Jenderal Sudirman tinggal di hotel ini selama beberapa bulan. Di sini ruang kerjanya," kata Samdhy yang juga veteran pejuang tempur dari Wehrkreis III Yogyakarta saat berada di ruangan bersejarah yang kini telah berubah menjadi kamar bernama "Soedirman Suite".
Pada 1946, Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia. Karena situasi politik dan keamanan nasional yang belum menentu, maka Hotel Merdeka (saat ini Grand Inna Malioboro) sementara menjadi kompleks kantor untuk kabinet pemerintahan pada waktu itu.
"Saat itu Belanda berusaha untuk menaklukkan Indonesia lagi," kata dia.
Meski demikian, pada ruang yang sebelumnya merupakan kerja Jenderal Soedirman sekaligus tempat pertemuan para pejuang itu tidak menyisakan bekas peninggalan yang mencolok. Hampir seluruh interior bangunan telah diubah dengan sentuhan arsitektur modern. "Yang tersisa hanya jendela dan pintu saja," kata General Manajer Grand Inna Malioboro, Agus Arif Wibawanto.
Menurut Agus, semua peninggalan Panglima Besar Jenderal Soedirman seperti tempat tidur, meja kerja dan kursi, pakaian dinas dan beberapa perlengkapan lainnya memang sudah tidak dapat ditemui lagi di ruangan itu karena diserahkan kepada pihak Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman Yogyakarta.