REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang mengatakan kopi Indonesia merupakan kopi terbaik di dunia. Karenanya Indonesia memilki peluang menjadi penguasa kopi di dunia.
"Ke depan saya kira Indonesia berpotensi menjadi penguasa kopi dunia karena cita rasa kopi kita sangat spesifik, bahkan branding kopi internasional yang ada selalu dicampur dengan kopi Indonesia," katanya usai menjadi pembicara dalam konferensi kopi internasional atau "Jember International Coffee Conference" (JICC) dan Robusta Fiesta 2017 di Gedung Sutardjo Universitas Jember, Jawa Timur, Jumat (10/11) sore.
Menurut dia Indonesia masih menduduki peringkat keempat dunia penghasil kopi setelah Brazil yang menempati urutan pertama, disusul Vietnam, dan Kolombia menduduki peringkat ketiga, sehingga produktivitas panen kopi di Indonesia juga harus dimaksimalkan. "Namun, dari segi kualitas sebenarnya kopi Indonesia tidak kalah dengan berbagai kopi dari ketiga negara tersebut, bahkan bisa dikatakan kualitas kopi Indonesia adalah yang terbaik di dunia," tuturnya.
Ia mengatakan produksi kopi di Indonesia rata-rata sekitar 600-700 kilogram per hektare, padahal potensi produksi kopi di Indonesia bisa mencapai 1,5 ton atau bahkan bisa menembus 3 ton per hektare. "Sebagian besar kebun kopi di Indonesia dikelola oleh rakyat sekitar 70 persen, sedangkan sisanya kebun swasta atau perusahaan daerah dan nasional, sehingga potensi untuk ditingkatkan produktivitasnya masih bisa berkembang," katanya.
Bambang meminta kepada pihak universitas dan juga pemerintah daerah untuk mendukung terwujudnya mimpi Indonesia menjadi raja kopi dunia, apalagi Kementan akan fokus pada perkebunan pada tahun 2018 karena tahun sebelumnya fokus swasembada padi, jagung dan gula.
"Perkebunan telah terbukti memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Bahkan, dari hasil penilaian Indonesia tahun 2016, perkebunan masih menduduki peringkat tertinggi untuk penyumbang Gross Domestic Product (GDP) yakni mencapai Rp 426 triliun dan nilai itu lebih tinggi dari minyak dan gas yang senilai Rp 369 triliun," ujarnya.
Sementara Direktur Inovasi dan Teknologi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) Santoso Wibowo Aksoro menyambut baik Universitas Jember menjadi salah satu universitas yang memiliki perhatian lebih terhadap kopi.
"Kami berharap Universitas Jember bisa membuat cluster produk perkebunan kopi yakni integrasi riset mulai hulu hingga hilir. Bahkan jika perlu Jember memiliki industri kopi sendiri," tuturnya.