REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pengelola Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, menghadirkan "ngelawang" atau tradisi menolak bala serangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan yang menarik perhatian para penumpang di bandara setempat.
"Ini untuk melestarikan dan mengenalkan budaya sekaligus sebagai edukasi dan promosi budaya Bali," kata General Manager PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Yanus Suprayogi di Denpasar, Jumat.
Berdasarkan tradisi Bali, "ngelawang" biasanya dilakukan dari rumah ke rumah atau desa ke desa untuk mentralisasi pengaruh jahat. Namun kali ini, tradisi sarat makna dan budaya itu hadir di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Dalam tradisi itu, sekelompok anak-anak menggunakan pakaian adat Bali mengarak barong "bangkung" atau barong berwajah babi betina, diringi musik tradisional gamelan yang diarak keliling terminal internasional dan domestik Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Suguhan seni budaya itu mendapat perhatian para calon penumpang yang saat itu tengah menunggu naik pesawat.
Sebagian besar diantara mereka juga tidak ketinggalan mengabadikan momen yang dinilai hanya berlangsung dua kali dalam setahun menjelang Galungan dan Kuningan.
Dengan menyuguhkan tradisi lokal seperti itu, pengelola bandara mengharapkan adanya nilai tambah bagi layanan di bandara karena interaksi dengan penumpang dan merasakan pengalaman baru yang unik dan berbeda.
Tradisi ngelawang tersebut digelar juga untuk menyambut Hari Raya Kuningan yang jatuh pada Sabtu (11/11) dan Galungan yang sudah dirayakan sebelumnya pada Rabu (1/11).