REPUBLIKA.CO.ID, Penanggulangan bencana bukan lagi menjadi tanggung jawab sektor kebencanaan saja. Pihak-pihak lain yang bergerak di sektor kesehatan, keamanan, dan perlindungan menjadi bagian dari upaya penanggulangan bencana sekaligus bersama-sama mengurangi risiko bencana.
Dalam upaya tersebut, sejak tahun 2004, Muhammadiyah telah membentuk Tim Reaksi Cepat menghadapi bencana melalui lembaga penanggulangan bencana (LPB) atau yang sering disebut Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC). Tim ini memberikan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat menghadapi bencana di lingkungan umum.
Selain itu juga menjadi pelopor penguatan peran agama dalam upaya pengurangan risiko bencana dan bantuan kemanusiaan di dunia internasional.
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Lingkungan Hidup, Zakat, Infaq dan Shadaqoh, Hajriyanto Thohari mengatakan, pihaknya memandang wilayah Indonesia berada dalam lingkaran bencana atau ring of fire. Indonesia adalah wilayah yang potensial terjadi bencana alam (disaster), seperti gempa bumi, tsunami, erupsi gunung berapi, banjir, tanah longsor, dan lain-lainnya. Bahkan, juga bencana yang diakibatkan oleh tangan manusia (man made disaster), seperti konflik etnis, sosial, SARA, dan lain-lainnya.
“Atas dasar itulah maka kami mengambil kebijakan membentuk Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) atau Muhammadiyah Disaster Management Center,” ujarnya ketika dihubungi Republika di Jakarta, Selasa (7/11).
Menurut Hajriyanto, MDMC memang didirikan bersamaan dengan terjadinya bencana Tsunami di Aceh pada 2004. Sejatinya, tim ini merupakan pelanjut atau nama lain dari PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) yang didirikan oleh Muhammadiyah pada masa dipimpin oleh Ahmad Dahlan pada 1920.
“Semangat penolong kesengsaraan oemoem itulah yang menjadi ideologi dan doktrin Muhammadiyah. PKO merupakan pengejawantahan spirit Surat Al-Ma’un yang diamalkan oleh Muhammadiyah,” ucapnya.
Ia menjelaskan, spirit Surah Al-Ma’un melahirkan doktrin filantropisme dan voluntarisme Muhammadiyah yang selalu bersikap dermawan, pemurah, cinta sesama, dan suka menolong. “Sikap inilah yang diwarisi dan dikembangkan oleh MDMC sekarang ini.”
Di seluruh Indonesia
MDMC memiliki cabang dan satuan tugas di seluruh Indonesia. Di samping selalu terjun ke lapangan setiap terjadi disaster di dalam dan di luar negeri, seperti di Nepal, Filipina Selatan, Rohingya di Rakhine, pengungsi Rohingya di Banglades yakni di Cox Bazar, dan juga melakukan pelatihan-pelatihan kesiapsiagaan bencana di daerah cabang-cabang Muhammadiyah.
Ada tiga cluster yang dilakukan dalam pelatihan ini, pertama, menurut Hajriyanto, pembentukan rumah sakit PKU Muhammadiyah siap bencana. MDMC bekerja sama dengan Defat (Department of Foreign Affair and Trade, the Australian Goverment) melakukan pelatihan Rumah Sakit Siaga bencana yang sekarang sudah berlangsung tahap yang ketiga di tahun ketiga.
“Sekarang alhamdulillah sebagian besar rumah sakit PKO Muhammadiyah telah menjadi Rumah Sakit Siaga Bencana. Artinya, kapan saja terjadi disaster atau bencana alam di negeri ini, bahkan insya Allah di negara-negara sekitar, satuan tugas dan task force RS PKO Muhammadiyah siap siaga penuh kesaptaan untuk terjun memberikan pertolongan lengkap dengan dokter, tenaga dan relawan lapangan,” jelasnya.
Kedua, Satgas-satgas penanggulangan bencana MDMC yang berbasis Rumah Sakit sudah terlatih dengan baik (well trained) dan dilengkapi dengan peralatan yang baik (well equipped) pula.
“Mereka bukan hanya berjiwa PKO yang volunterianistis (relawan), melainkan juga mempunyai skill yang memadai,” paparnya.
Terakhir, Satgas yang berbasis sekolah dan universitas atau PTM dimana PP Muhammadiyah melalui MDMC menyiapkan lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah. Sekolah-sekolah tersebut siap menghadapi segala kemungkinan jika terjadi bencana, juga menyiapkan satgas-satgas yang berbasis sekolahan untuk menjadi satuan-satuan tugas penolong korban bencana. MDMC dalam gerakannya didanai oleh Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Shodaqah Muhammadiyah (LAZISMU).
“Jadi, kalau Anda membayar zakat, infak dan shadaqah kepada LAZISMU berarti Anda membantu para korban bencana yang ditangani oleh MDMC,” ucapnya.
MDMC menjadi gerakan penanggulangan bencana alam, baik disaster maupun man made disaster, dan juga baik pada tahap mitigasi maupun dalam tahap tanggap darurat, rehahilitasi, rekonstruksi, dan recovery.
“Walhasil, sekarang ini duet MDMC dan LAZISMU di Muhammadiyah telah menjadi pelanjut dan pewaris doktrin PKO yang diajarkan oleh KH Ahmad Dahlan. MDMC dan LAZISMU adalah pewaris otentik spirit filantropisme dan volunterisme Muhammadiyah,” tutup dia.