Kamis 09 Nov 2017 20:18 WIB

Muhammadiyah Ambil Peran dalam Penanggulangan Kebencanaan

Rep: Novita Intan/ Red: Fernan Rahadi
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Lingkungan Hidup, Zakat, Infaq dan Shadaqoh, Hajriyanto Thohari.
Foto: Muhammadiyah
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Lingkungan Hidup, Zakat, Infaq dan Shadaqoh, Hajriyanto Thohari.

REPUBLIKA.CO.ID, Penanggulangan bencana bukan lagi menjadi tanggung jawab sektor kebencanaan saja. Pihak-pihak lain yang bergerak di sektor kesehatan, keamanan, dan perlindungan menjadi bagian dari upaya penanggulangan bencana sekali­gus bersama-sama mengurangi risiko bencana.

Dalam upaya tersebut, sejak tahun 2004, Muhammadiyah telah memben­tuk Tim Reaksi Cepat menghadapi bencana melalui lembaga penanggulangan bencana (LPB) atau yang sering disebut Muhammadiyah Disas­ter Management Center (MDMC).  Tim ini membe­rikan sosialisasi dan penyulu­han kepada masyarakat menghadapi bencana di lingkungan umum.

Selain itu juga menjadi pelopor penguatan peran agama dalam upaya pengurangan risiko bencana dan bantuan kemanusiaan di dunia internasional. 

Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Lingkungan Hidup, Zakat, Infaq dan Shadaqoh, Hajriyanto Thohari mengatakan, pihaknya memandang wilayah Indonesia berada dalam lingkaran bencana atau ring of fire. Indonesia adalah wilayah yang potensial terjadi bencana alam (disaster), seperti gempa bumi, tsunami, erupsi gunung berapi, banjir, tanah longsor, dan lain-lainnya. Bahkan, juga bencana yang diakibatkan oleh tangan manusia (man made disaster), seperti konflik etnis, sosial, SARA, dan lain-lainnya.

“Atas dasar itulah maka kami mengambil kebijakan membentuk Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) atau Muhammadiyah Disaster Management Center,” ujarnya ketika dihubungi Republika di Jakarta, Selasa (7/11).

Menurut Hajriyanto, MDMC memang didirikan bersamaan dengan ter­jadinya bencana Tsunami di Aceh pada 2004. Sejatinya, tim ini merupa­kan pelanjut atau nama lain dari PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) yang didirikan oleh Muhammadiyah pada masa dipimpin oleh Ahmad Dahlan pada 1920.

“Semangat penolong kesengsaraan oemoem itulah yang menjadi ideologi dan doktrin Muhammadiyah. PKO merupakan pengejawantahan spirit Surat Al-Ma’un yang diamalkan oleh Muhammadiyah,” ucapnya.

Ia menjelaskan, spirit Surah Al-Ma’un melahirkan doktrin filantropis­me dan voluntarisme Muhammadiyah yang se­lalu bersikap dermawan, pemurah, cinta sesama, dan suka menolong. “Sikap inilah yang diwarisi dan dikem­bangkan oleh MDMC sekarang ini.”

Di seluruh Indonesia

MDMC memiliki cabang dan satuan tugas di seluruh Indonesia. Di samping selalu terjun ke lapangan setiap terjadi disaster di dalam dan di luar negeri, seperti di Nepal, Filipina Selatan, Ro­hing­ya di Rakhine, pengungsi Rohingya di Banglades yakni di Cox Bazar, dan juga melakukan pelatihan-pela­tihan kesiapsiagaan bencana di daerah cabang-cabang Muhammadiyah.

Ada tiga cluster yang dilakukan da­lam pelatihan ini, pertama,  menurut Ha­jriyanto, pembentukan rumah sakit PKU Muhammadiyah siap bencana. MDMC bekerja sama dengan Defat (Department of Foreign Affair and Tra­de, the Australian Goverment) melaku­kan pelatihan Rumah Sakit Siaga bencana yang sekarang sudah berlangsung tahap yang ketiga di tahun ketiga.

“Sekarang alhamdulillah sebagian besar rumah sakit PKO Muhammadiyah telah menjadi Rumah Sakit Siaga Bencana. Artinya, kapan saja terjadi disaster atau bencana alam di negeri ini, bahkan insya Allah di negara-negara sekitar, satuan tugas dan task force RS PKO Muhammadiyah siap siaga pe­nuh kesaptaan untuk terjun memberikan pertolongan lengkap dengan dokter, tenaga dan relawan lapangan,” jelasnya.

Kedua, Satgas-satgas penanggulangan bencana MDMC yang berbasis Rumah Sakit sudah terlatih dengan baik (well trained) dan dilengkapi dengan peralatan yang baik (well equipped) pula.

“Mereka bukan hanya berjiwa PKO yang volunterianistis (relawan), melainkan juga mempunyai skill yang memadai,” paparnya.

Terakhir,  Satgas yang berbasis se­ko­lah dan universitas atau PTM dimana PP Muhammadiyah melalui MDMC menyiapkan lembaga-lembaga pendidikan Muhammadiyah. Sekolah-sekolah tersebut siap menghadapi segala ke­mung­kinan jika terjadi  bencana, juga me­nyiapkan satgas-satgas yang berbasis sekolahan untuk menjadi satuan-satuan tugas penolong korban bencana. MDMC dalam gerakannya didanai oleh Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Shodaqah Muhammadiyah (LAZISMU).

“Jadi, kalau Anda membayar zakat, infak dan shadaqah kepada LAZISMU berarti Anda membantu para korban bencana yang ditangani oleh MDMC,” ucapnya.

MDMC menjadi gerakan penanggulangan bencana alam, baik disaster maupun man made disaster, dan juga baik pada tahap mitigasi maupun dalam tahap tanggap darurat, rehahilitasi, rekonstruksi, dan recovery.

“Walhasil, sekarang ini duet MDMC dan LAZISMU di Muhammadiyah telah menjadi pelanjut dan pewaris doktrin PKO yang diajarkan oleh KH Ahmad Dahlan. MDMC dan LAZISMU adalah pewaris otentik spirit filantropisme dan volunterisme Muhammadiyah,” tutup dia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement