Senin 06 Nov 2017 18:39 WIB

Masyarakat Sumbar Pilih Rekreasi Dibandingkan Belanja

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Dwi Murdaningsih
Menonton film ke bioskop.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Menonton film ke bioskop.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Ada pergeseran pola konsumsi yang terjadi pada masyarakat Sumatra Barat. Bila sebelumnya pendapatan masyarakat bisa dibelanjakan untuk konsumsi ritel, kini masyarakat lebih memilih untuk membelanjakan uangnya di sektor leisure atau rekreasi. Termasuk salah satunya adalah menonton bioskop.

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat mencatat, ada peningkatan konsumsi rumah tangga yang disumbangkan oleh industri jasa hiburan, khususnya setelah ada satu lagi bioskop jaringan 21 di sebuah pusat perbelanjaan di Padang. Sebetulnya kontribusi pertumbuhan oleh bioskop masuk ke dalam sisi permintaan. Namun keberadaan bioskop pula yang menarik peningkatan konsumsi masyarakat.

Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Sumbar, Hefinanur, menjelaskan bahwa sebetulnya daya beli di Sumatra Barat relatif stabil. Hanya saja memang ada tren peralihan konsumsi dari non-leisure ke konsumsi yang sifatnya leisure. Fenomena yang terjadi secara nasional ini, lanjut Hefina, juga terjadi di Sumatra Barat.

"Porsinya (konsumsi) beralih ke leisure dan investasi. Sumbar juga seperti itu kondisinya," kata Hefina di Kantor BPS, Senin (6/11).

Hefina tidak menampik bahwa ada penurunan permintaan di sektor ritel, seperti sepinya mal atau pusat perbelanjaan. Namun menurutnya, selain ada pengaruh berubahnya pola transaksi dari konvensional ke daring (online), ada perbaikan pola konsumsi masyarakat yang memilih menabung dan berinvestasi ketimbang dibelanjakan.

"Sumbar mungkin bukan provinsi yang besar (tingkat konsumsi). Orang selama masih bisa belanja ke pasar tradsional, masih oke. Kalau pun mal ramai kebanyakan hanya untuk jalan dan lihat-lihat," kata Hefina.

Menurut Hefina, ada pendekatan budaya dan kultur yang harus dilihat di Tanah Minang terkait daya beli masyarakat. Ia mengatakan, masyarakat masih memilih untuk belanja di pasar tradisional ketimbang di pusat perbelanjaan modern. Justru menurut pandangan BPS, konsumsi rumah tangga di pasar tradsional tidak ada penurunan.

"Masyarakat Sumbar kan masih menengah ya. Kalau di Sumatra Barat masih cenderung ke Pasar Tradisional. Tidak ada penurunan," ujar dia.

Penjelasan Hefina sekaligus menanggapi pernyataan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumatra Barat yang sempat menyebutkan adanya penurunan daya beli. Sejumlah pengusaha ritel mengeluhkan adanya penurunan omzet hingga 50 persen di tahun 2017 ini, dibanding tahun 2016 lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement