REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Helvy Tiana Rosa mendorong Forum Lingkar Pena (FLP) memanfaatkan era digital untuk gerakan literasi yang lebih luas lagi.
Pengarang senior yang mendirikan FLP pada 1997 itu membeberkan berbagai peluang dalam gerakan literasi di era digital.
"Layanan digital itu alat bantu, bukan alat yang memperbudak orang. Di era ini kita mesti mengedepankan kesehatan berpikir, cermat juga kritis, dan menyebarkan konten sehat," ujar Helvy usai menghadiri pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) ke-4 FLP bertajuk "Menjaga Identitas Bangsa di Era Digital" di Kota Bandung, Ahad.
Helvy mengatakan, konten tulisan harus dikemas menarik, menginspirasi dan menggerakkan, sehingga mendorong pembaca untuk melakukan perubahan. Konten tersebut dapat dimuat ke beragam media.
"Konten yang dikreasikan bisa dikemas dengan media foto, audio, dan video," ujar Helvy yang memproduseri Duka Sedalam Cinta, film yang diadaptasi dari cerpennya yang berjudul Ketika Mas Gagah Pergi.
Sebagai komunitas literasi terbesar di Indonesia, FLP sangat berpotensi untuk meningkatkan literasi masyarakat di era digital. Helvy mengajak anggota FLP menjadi penggerak literasi.
"Enggak apa-apa FLP itu jadi Youtuber, ketika itu bisa mempercepat proses untuk semakin banyak orang yang ingin membaca dan menulis dan ikut menggerakkannya," kata dia.