REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Muhammad Sofyan Tsauri dulu dikenal sebagai mantan polisi yang juga mantan kombatan teroris pengikut jaringan Alqaidah. Namun sekarang, Sofyan Tsauri yang pernah berdinas di Polres Depok ini sudah tobat dan kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Ia bahkan kini aktif membantu pemerintah dalam menyuarakan perdamaian dan anti radikalisme terorisme.
“Pertama generasi muda memegang sebuah peranan yang penting bagi kekuatan suatu bangsa. Banyak orang bijak mengatakan bahwa pemuda ini mempunyai energi yang lebih dan mempunyai idealisme yang kuat. Alangkah baiknya bila energi itu diarahkan pada hal-hal positif yang lebih bermanfaat bagi sesama manusia, membangun bangsa dan negara,” kata Sofyan ditemui di Jakarta, Rabu (1/11).
Dikatakannya, dalam pepatah Arab ‘sesungguhnya pemuda itu adalah tonggak umat’. “Kalau dia mundur maka mundurlah umat ini. Namun apabila ia maju maka majulah umat ini,” lanjut Sofyan.
Selain itu, pemuda memiliki idealisme yang kuat. Mereka bahkan enggan mengekor begitu saja dengan apa yang diwariskan orang tuanya. Generasi muda juga haus ilmu dan informasi dan hal inilah yang kini dimanfaatkan kelompok radikal untuk melakukan propaganda untuk merekrut anggota baru, yaitu generasi muda.
“Karena itu kita harus bekali generasi muda dengan pengetahuan dan ilmu positif, terutama ideologi dan kebangsaan. Ini penting karena masa depan bangsa ini berada di tangan generasi muda,” ujarnya.
Dalam hal ini, Sofyan meminta generasi muda Indonesia untuk bisa mengambil pelajaran dari perjalanan sejarah bangsa. Pasalnya, bangsa Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berawal dari Sumpah Pemuda 1928. Nilai dan semangat Sumpah Pemuda inilah yang harus terus diteladani, agar mereka tidak salah jalan seperti yang pernah ia lakukan saat terjerumus pada kelompok radikal terorisme.
“Generasi muda harus cerdas dalam mengaktualisasi diri terutama dalam menghadapi ancaman radikalisme dan terorisme,” tutur Sofyan.