REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan pantauan satelit NOAA menunjukkan jumlah titik panas pada Oktober 2017 mengalami penurunan signifikan mencapai hingga 69,89 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Raffles B Panjaitan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis, mengatakan pada Oktober 2017 hanya terpantau 199 titik panas di seluruh wilayah Indonesia sedangkan pada September berjumlah 661 titik.
Begitu juga berdasarkan pantauan satelit TERRA AQUA (data dari LAPAN), menunjukkan jumlah hotspot mengalami penurunan sebesar 40,7 persen. Dari 855 titik pada September 2017 menurun menjadi 507 titik pada Oktober.
Penurunan jumlah titik panas ini, menurut dia, berkat kerja sama yang baik antarpihak, yang didalamnya termasuk KLHK, TNI, Polri, BNPB, pemerintah setempat, dan masyarakat dalam melakukan upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah-wilayah rawan.
Selain itu, ia mengatakan penetapan Status Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di beberapa provinsi di Indonesia menjadi cambuk bagi semua pihak untuk bersatu padu menyusun strategi upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
Raffles menambahkan bahwa pelibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan pencegahan dan pemadaman juga menjadi terobosan KLHK dalam pengendalian karhutla di 2017. Masyarakat ikut terlibat langsung dalam upaya pencegahan maupun pemadaman sehingga dapat lebih merasakan apa dampak dari karhutla dan betapa berat memadamkan api dengan luasan yang cukup luas.
"Memasuki bulan November 2017, menurut prediksi Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), tingkat curah hujan sudah cukup tinggi di beberapa wilayah di Sumatera dan Kalimantan," kata Raffles.
Sementara itu, jumlah titik panas berdasarkan pantauan satelit NOAA, pukul 20.00 WIB (01/11), terpantau tiga titik yaitu di Provinsi Sulawesi Tengah 1 titik dan di Sulawesi Tenggara 2 titik.
Dengan demikian, untuk periode 1 Januari s.d. 1 November 2017, berdasarkan citra satelit NOAA, terdapat 2.522 titik panas di seluruh Indonesia. Sedangkan pada periode yang sama di 2016, tercatat sebanyak 3.723 titik, sehingga terdapat penurunan sebanyak 1.201 titik atau sebesar 32,25 persen.
Penurunan sejumlah 1.503 titik (40,40 persen) juga ditunjukkan oleh satelit TERRA-AQUA milik NASA dengan confidence level lebih besar sama dengan 80 persen, yang mencatat 2.217 hotspot di tahun 2017, setelah sebelumnya di 2016, tercatat sebanyak 3.720 hotspot.