Kamis 02 Nov 2017 08:40 WIB

Pekerjaan Rumah Pembangunan Ekonomi Jambi

M Firdaus, guru besar ekonomi IPB.

Namun turunnya harga CPO dunia yang mencapai 30-an persen pada tahun 2015 memukul ekonomi daerah sentra produksi sawit seperti Jambi.

Seperti halnya harga CPO, turunnya harga minyak dunia juga menyebabkan harga ekspor karet alam turun. Negara importir beralih ke karet sintetik yang menggunakan bahan bakar minyak sebagai input utama. Faktor regulasi impor beberapa negara seperti China mendorong lebih ke bawah lagi harga karet di dalam negeri.

PR kedua terkait dengan kesenjangan antardaerah. Propinsi Jambi ternyata masih menghadapi persoalan kesenjangan pembangunan yang  signifikan. Laju perkembangan ekonomi kurun waktu terakhir sangat bervariasi, mulai yang tertinggi di atas 7 persen, sampai ada yang di bawah 2 persen per tahun.

Kontras dengan teori makroekonomi, dua daerah yang pertumbuhan ekonomi terendah di Jambi adalah sekaligus daerah dengan tingkat kemiskinan tertinggi, yaitu Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. Kedua kabupaten ini sekaligus juga merupakan daerah dengan nilai IPM terendah, jauh di bawah rata-rata kabupaten kota di Jambi maupun nasional.

Ini mengindikasikan secara ekonomi daerah-daerah ini kurang berkembang, juga kinerja pembangunan di bidang  pendidikan dan kesehatan belum baik. Untuk kemiskinan bisa jadi ada kelemahan dalam metode pengukuran oelh BPS, karena ada beberapa indikator buruk yang sudah menjadi budaya setempat seperti kondisi sanitasi.

Namun daerah tersebut dapat belajar dari perubahan budaya buang air di Jambi seberang kota yang sudah lebih bersih dan sehat seperti kondisi saat ini. Tentu ini didukung keberadaan infrastruktur saluran air bersih.

Menurut Williamson, kesenjangan antar wilayah memang mencapai puncak saat pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan mencapai tingkat menengah, seperti di Jambi saat ini. Lingkaran setan (vicious circle) kesenjangan pembangunan antar wilayah dapat diputuskan dengan investasi.

Pemerintah Daerah secara serius perlu memikirkan kebijakan afimatif untuk mengalokasikan sumberdaya untuk mendorong investasi yang lebih besar di daerah-daerah kantong kemiskinan dan yang masih rendah pertumbuhan ekonominya. Namun strategi seperti pembangunan infrastruktur (pelabuhan, jalan) harus dikaji secara cermat, apakah betul akan mampu menarik ke belakang dan ke depan aktivitas perekonomian masyarakat lokal.

Pembangunan daerah harus diartikan sebagai "upaya peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat setempat", bukan hanya mendatangkan investor dari luar namun bersifat eksklusif.

PR ketiga adalah mencari sumber pertumbuhan baru. Tugas terakhir ini sekaligus sebagai alternatif untuk memecahkan persoalan pertama dan kedua. Daerah-daerah lain saat ini juga melakukan pencarian potensi baru dalam pembangunan ekonomi. Sehingga bila Propinsi Jambi berdiam diri, jurang ketertinggalan dibanding daerah lain akan semakin dalam.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement