Kamis 02 Nov 2017 08:18 WIB

Pasar Blok G yang Terlewati

Rep: Farah Noersativa/ Red: Budi Raharjo
Blok G Pasar Tanah Abang
Foto: Farah Noersativa
Blok G Pasar Tanah Abang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua orang pedagang Blok G Pasar Tanah Abang, Rabu (1/11) siang itu, sedang duduk berbincang di lorong antarkios. Mereka berdua terlihat santai. Tak ada aktivitas jual beli.

Mereka adalah Yon Dendri (41) dan Syafi (46). Keduanya merupakan pedagang yang sejak tiga tahun lalu menempati kios di Blok G Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. “Sudah jam segini, belum ada pembeli,” kata Dendri.

Waktu memperlihatkan pukul 12.00 WIB lewat. Pria yang tinggal di daerah Tomang itu mengeluhkan sepinya Blok G dari pembeli. Kondisi ini sudah sejak lama terjadi.

Sewaktu masih ramai, Dendri mengaku dalam sehari bisa mengantongi penghasilan paling sedikit Rp 500 ribu. “Sekarang, Rp 100 ribu saja belum tentu dapat,” katanya mengeluh.

Dendri menduga sepinya pembeli karena berbagai alasan. Salah satunya karena Blok G ini memang dinilainya tidak strategis.

Pria yang berdagang peralatan bayi dan sepatu anak-anak itu menuturkan tak direalisasikannya jembatan penghubung yang dijanjikan Pemprov DKI Jakarta pada 2013 juga menjadi penyebabnya.

Jembatan itu rencananya akan dibangun untuk menghubungkan Stasiun Tanah Abang dengan Blok G. “Sehingga orang-orang yang turun dari Stasiun, bisa langsung ke Blok G,” ujar Dendri.

Pria yang bekerja penuh berdagang di Blok G itu mengatakan, selain tak ada jembatan penghubung, Blok G juga tidak memiliki lahan parkir mobil sendiri. Akibatnya, pembeli jadi malas datang ke sana.

Pria beranak satu ini pun mengatakan beberapa waktu lalu, lahan kosong yang biasa digunakan sebagai tempat parkir di dekat Blok G milik PJKA masih digunakan para supir truk boks. Menurutnya, para supir masih sempat mampir ke kios makan dan minum atau kios lainnya di Blok G.

Namun semenjak diberlakukan tarif parkir yang mahal, supir-supir truk boks enggan parkir di lahan itu. “Jadi kios makan minum di Pasar Blok G juga ikutan sepi,” kata Dendri.

Di tengah obrolan mereka dengan Republika, tak ada satu pun pembeli yang sekadar mampir ke kios mereka. Hanya ada satu dua orang yang melewati kios mereka, tanpa melirik barang dagangan yang dipajang.

Syafi mengiyakan apa yang dikatakan Dendri. Pedagang yang juga tinggal di daerah Tomang itu mengatakan omzetnya juga jauh lebih sedikit, beberapa bulan ini. Pria beranak satu ini mengatakan, saat ini pendapatan per hari sangat menurun. “Seringnya tidak ada yang beli dalam satu hari,” katanya.

Pria yang berasal dari Solok, Sumatra Barat, itu mengatakan kondisi yang tak nyaman juga membuat Blok G makin sulit dikunjungi pembeli. “Kondisi sepi dan tak nyaman, orang lebih memilih belanja di Blok A,” ujarnya.

Kondisi Blok G, selain sepi pembeli, para penjual pun sudah banyak yang pergi meninggalkan kios-kiosnya. Berbeda dengan lantai 1, kios-kios di lantai 2 Blok G sudah ditutup dan tak ada penunggunya.

Pintu Lantai 3 bahkan terkunci, karena memang sudah tak ada penjual yang berdagang di sana. “Dulunya ramai, saat ini sudah pada pergi,” kata Syafi menunjukkan kondisi Pasar Blok G saat ini.

Persoalan bertambah ketika melihat kondisi kebersihan di Blok G. Sampah yang berserakan tak elok dipandang. Sementara, jalan yang menghubungkan antarblok di Pasar Tanah Abang, terutama dari Blok A, B, F, dan G juga sangat ramai oleh bus-bus dan pedagang yang berjualan di trotoar.

Suasana berbeda di Blok A

Berbeda dengan Blok G, di Blok A, pembeli terlihat padat. Masyarakat yang masuk ke area Blok A langsung disambut dinginnya pancaran udara yang keluar dari pendingin ruangan.

Beberapa pengunjung mengatakan Blok A sangat nyaman digunakan untuk berbelanja. Salah satunya, Mimi (50) yang datang dari Manado. “Nyaman dan juga barangnya lengkap,” katanya.

Ia mengetahui Pasar Tanah Abang terdiri atas beberapa blok. Namun ia mengaku tak pernah berbelanja di Blok G. “Kalau ke Tanah Abang ya ke sini (Blok A),” tuturnya.

Senada dengan Mimi, Teni Karlina (30), warga Bogor yang saat itu usai berbelanja di Blok A, juga mengaku tak mengetahui di mana letak Blok G. “Saya tahu Tanah Abang sampai Blok G, tapi saya tak pernah ke sana,” ujarnya.

Bahkan, Teni mengatakan, bisa saja ia secara tak menyadari sering melewati Blok G. Namun sesering itu pula, Blok G selalu terlewatinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement