REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG --- Sampah di Kota Palembang menjadi masalah serius yang kini menjadi perhatian Wali Kota Harnojoyo. Pada talk show bertema “Sinergi Pengelolaan Sampah Terpadu,” Senin (30/10), Harnojoyo mengatakan sampah yang dikelola dengan baik dapat memberikan nilai tambah dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.
Menurut Harnojoyo, sampah dari warga Palembang dapat dipilah menjadi sampah organik bisa dikelola menjadi pupuk, dan sampah nonorganik dapat dijual langsung. Ataupun, dijadikan produk kreatif yang bernilai jual tinggi.
Wali Kota Palembang yang tampil sebagai pembicara bersama Siti, seorang aktivis bank sampah, menjelaskan tentang berbagai upaya dilakukan Pemerintah Kota Palembang dalam mengatasi serta pengelolaan sampah. Salah satu upayanya itu langsung melibatkan peran serta aktif masyarakat melalui program bank sampah.
"Dengan kreativitas, sampah dapat dijadikan produk bermanfaat yang menambah nilai ekonomis,” kata dia.
Melalui program bank sampah selain lingkungan bersih dari sampah, masyarakat juga mendapat uang dari sampah yang terkumpul dan dikelola dengan baik. Pemerintah Kota Palembang telah melakukan pembersihan dari hulu ke hilir, dengan menggunakan cara tradisional hingga modern. Cara modern yang dilakukan dengan pembangunan incinerator.
Dengan adanya incinerator atau pembakaran, sampah dimusnahkan menjadi abu dan habis. Cara ini bertujuan untuk mengatasi persoalan lahan penampungan sampah.
Harnojoyo mengakui untuk merealisasikan incinerator bukan suatu yang mudah, membutuhkan dana yang besar untuk bisa memiliki incinerator karena teknologinya yang canggih. Untuk membangun incinerator Pemerintah Kota Palembang berusaha menggandeng perusahaan swasta atau negara donor, salah satunya Jepang.
Data Pemerintah Kota Palembang, volume sampah di ibu kota Provinsi Sumatra Selatan setiap hari mencapai 850-900 ton dan pada hari libur bisa mencapai 1.200 ton. Pada saat pelaksanaan Asian Games XVIII Agustus 2018 volume sampah di Palembang diprediksi akan bertambah.