REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Partai Golkar dan Demokrat resmi mengusung ketua Muslimat NU yang saat ini masih menjabat sebagai menteri sosial, Khofifah Indar Parawansa sebagai calon gubernur. Namun, hingga saat ini belum ditentukan siapa pendamping Khofifah.
Menurut pengamat politik LIPI, Siti Zuhro, dalam memilih calon wakil gubernurnya, Khofifah harus bisa membaca dan belajar dari pengalaman. Di mana, Khofifah mengalami dua kali kekalahan dalam Pilkada Jawa Timur yakni pada 2008 dan 2013. Pada kedua pertarungan itu, dua kali Khofifah dikalahkan oleh pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Saat ini, Gus Ipul menjadi lawan Khofifah karena dia menjadi calon gubernurnya yang diusung oleh PKB dan PDIP.
“Kekalahan dulu waktu Pilgub karena wakilnya tidak punya basis pengalaman politik sama sekali. Kini yang diperlukan Khofifah adalah orang yang berpengalaman dalam politik dan pemerintahan,” kata Siti Jum’at (27/10).
Pikada Jatim 2018 ini memang menyedot perhatian besar, karena di wilayah ini “pertarungan” politik nasional berlangsung. Apalagi jelang Pilpres tahun 2019, membuat Jawa Timur menjadi lokasi kunci pertaruhan. Bahkan sejumlah kyai terlibat intens dalam perhelatan yang seharusnya menjadi wilayah pengurus parpol.
Sejauh ini, kandidat mengerucut ke 5 nama, yakni Masfuk mantan Bupati Lamongan dua masa jabatan, Hasan Aminuddin mantan Buppati Probolinggo dua kali masa jabatan dan kini anggota DPR RI, dr. Harsono mantan Bupati Ngawi dua kali masa jabatan, Ipong Bupati Ponorogo, dan Emil Dardak Bupati Trenggalek.
Dia menegaskan, dari kelima kandidat ini, yang sesuai kriteria pengalaman dalam politik dan pemerintahan mungkin bisa Hasan Aminudin (anggota DPR Fraksi Nasdem) yang berpeluang besar dampingi Khofifah.
“Gus Ipul dengan khofifah kekuatannya berimbang. Maka diperlukan petarung. Mungkin tak harus populer, tetapi pengalaman berpolitik dan membangun jaring,” katanya.
Siti mengingatkan, bahwa pilgub Jatim ini merupakan petarungan para kader NU. Diketahui Gus Ipul merupakan mantan Ketua Anshor, demikian juga Azwar Anas yang juga kader NU tapi baju politiknya kini PDIP.
“Melihat itu khofifah disarankan menggandeng wakil bisa mendulang suara baik di kalangan NU maupun abangan di mataraman,” katanya.