REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data dari Rujak Center for Urban Studies menilai argumen reklamasi dilakukan karena Jakarta kekurangan lahan itu tidak benar. Co Founder Rujak, Marco Kusumawijaya mengatakan, argumen tersebut mencerminkan kesalahan logika.
"Penduduk bertambah perlu sekian meter persegi tanah. Hal itu menjadi salah satu alasan untuk dilakukan reklamasi. Tentu saja itu kesalahan," kata Marco di Gedung Bundar Widya Graha LIPI, Kamis (26/10).
Menurut Marco, Jakarta bukan kekurangan lahan tanah, tetapi kekurangan ruang lantai. Ruang lantai yang dimaksud adalah jumlah luas lantai yang dibangun di atas luas tanah tertentu. Ia membandingkan Jakarta dengan Singapura, yang telah membangun ruang lantai tiga kali lebih banyak dari Jakarta.
Marco juga menambahkan, banyaknya tempat kumuh di Jakarta disebabkan karena kurangnya ruang lantai tersebut. "Kekumuhan terjadi karena orang mendapat terlalu sedikit ruang lantai. Kekumuhan terjadi karena jumlah manusia tidak dipenuhi dengan fasilitas," kata dia.
Pernyataan mengenai, jumlah penduduk bertambah kemudian luas juga harus ditambahkan, menurut Marco tidak benar. Justru ketika jumlah penduduk bertambah, harus dibangun juga fasilitas lain.
Baca juga, Andi Sebut Kajian Reklamasi Teluk Jakarta tak Transparan.
"Fungsi lahan tidak hanya menampung manusia, ada jasa menyerap co2, tempat penampungan air, dan sebagainya jadi enggak bisa manusia tambah sekian maka kota tambah sekian. Jusru harus dibalik. Kalau manusia nambah sekian sawah harus ditambah lagi," kata dia.
Kebanyakan fasilitas utama untuk kebutuhan manusia, misalnya sawah, tidak bisa ditingkatkan. Sedangkan hunian bisa ditingkatkan.
Sementara itu, kepadatan penduduk di Jakarta beragam. Ada daerah yang mencapai 1.000 jiwa per hektar, namun ada pula yang hanya 50 jiwa per hektar.
Berkaitan dengan reklamasi, Marco juga menyebutkan kesalahan lainnya. Kekurangan lahan bukan berarti laut bisa diambil. "Lahan memang bertambah, tapi jangan lupa laut berkurang. Laut berkurang ini akan banyak dampaknya," kata dia.