Jumat 27 Oct 2017 00:12 WIB

Januari, BNPB Bersiap Hadapi Bencana Akibat Hujan Ekstrem

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Budi Raharjo
Tim tanggap bencana gabungan menggunakan eskavator membersihkan sisa material yang terbawa banjir bandang. (ilustrasi)
Foto: Antara/Anis Efizudin
Tim tanggap bencana gabungan menggunakan eskavator membersihkan sisa material yang terbawa banjir bandang. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Berdasarkan perkiraan BMKG, musim penghujan 2017 dan 2018 terbilang normal. Namun, puncak hujan umumnya akan terjadi pada Januari.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan puncak kejadian bencana seperti banjir di Indonesia terjadi pada Januari. Hal tersebut terjadi karena intensitas hujan pada bulan Januari meningkat.

"Artinya puncak musim hujan akan terjadi pada bulan Januari, biasanya di bulan Januari itu lah akan lebih banyak bencan banjir, longsor, dan puting beliung," katanya saat konferensi pers di Gedung BNPB, Jakarta, Kamis (26/10).

Ia mengatakan, saat ini pola hujan di Indonesia sudah berubah dibanding 30 tahun yang lalu. "30 tahun yang lalu pola hujan masih 6 bulan kemarau, 6 bulan musim hujan. Namun sekarang musim hujan hanya berlangsung rata-rata dalam waktu empat bulan," terangnya.

Ia menerangkan, volume total air yang jatuh masih sama, namun hanya turun dalam periode yang pendek. Sehingga menyebabkan sering terjadinya hujan ekstrem. "Yang biasanya (volume total hujan) dijatuhkan dalam satu bulan, (saat ini) hanya dijatuhkan dalam waktu satu hari," tambahnya.

Menurutnya, bencana banjir yang seringkali terjadi khususnya di DKI Jakarta, disebabkan karena terjadinya hujan yang ekstrem. "Bencana banjir besar di Jakarta, beberapa kali karena turun hujan yang ekstrem, contohnya tahun 96," katanya.

Namun, ia mengatakan BNPB akan terus melakukan upaya-upaya untuk mengantisipasi dan menanggulangi masalah tersebut. Walaupun prediksi yang dilakukan masih dalam jangka pendek.

Penanganan banjir yang dilakukan BNPB sendiri di antaranya, dengan melakukan sosialisasi, penguatan bantuan logistik peralatan, penetapan status siaga dan pemberian bantuan Dana Siap Pakai (DSP) sebelum terjadinya bencana. DSP yang sudah disiapkan oleh BNPB sebesar Rp 250 miliar untuk penanganan darurat kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) yang memiliki daerah rawan banjir.

Saat terjadinya bencana, penanganan akan lebih kepada pencarian dan penyelamatan korban, penetapan tanggap darurat dan pemenuhan kebutuhan dasar bagi korban. Dan upaya pascabencana akan dilakukan rehabilitasi, rekonstruksi serta relokasi bersama Pemerintah daerah dan Pemerintah Pusat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement