Rabu 25 Oct 2017 07:13 WIB

Berbagai Kampus Buat Petisi Tolak Reklamasi

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Andi Nur Aminah
Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) Muslim Armas (kedua kanan) didampingi Khalid Zabidi, Ayub Lakono, Dan Arizon Agust memberikan keterengan kepada media saat konferensi pers Petisi Alumni ITB Tolak Reklamasi Teluk Jakarta di Hotel Sofyan Betawi, Jakarta, Selasa (24/10).
Foto: Mahmud Muhyidin
Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) Muslim Armas (kedua kanan) didampingi Khalid Zabidi, Ayub Lakono, Dan Arizon Agust memberikan keterengan kepada media saat konferensi pers Petisi Alumni ITB Tolak Reklamasi Teluk Jakarta di Hotel Sofyan Betawi, Jakarta, Selasa (24/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah kampus mengeluarkan pernyataan bersama menolak reklamasi. Hal itu terungkap saat digelar konferensi pers yang dilakukan oleh Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) di Hotel Sofyan, Selasa (24/10). Dalam acara itu, tidak hanya didatangi oleh Alumni ITB saja. Terdapat berbagai alumni dari kampus lain yang juga mendukung petisi tolak reklamasi tersebut.

Beberapa alumni kampus yang datang yaitu, Universitas Hasanudin (Unhas), Universitas Trisakti, Institut Teknologi Nasional (Itenas) dan Universitas Achmad Yani (Unjani). Mereka datang untuk menyatakan dukungan atas petisi yang dibuat oleh Alumni ITB.

Salah satu alumni Unjani, Budi Palahudin, menyatakan kurang lebih sebanyak 256 alumni Unjani setuju dan mendukung untuk menolak reklamasi di Teluk Jakarta. Budi juga menyatakan alumni Unjani akan mendukung alumni manapun untuk bersatu menolak reklamasi.

Budi kemudian membagikan sedikit pengalaman pribadinya terkait reklamasi tersebut. Dia mengatakan, sehari-hari bekerja di Tanjung Priuk sehingga tahu dengan jelas kondisi di sekitar Teluk Jakarta. Menurutnya ada situasi-situasi tertentu dimana orang berseragam yang aktif di Tanjung Priuk pun tidak bebas memasuki wilayah pembangunan atau penimbunan di Teluk Jakarta.

Lebih lanjut Budi menyatakan sistem delay karena adanya reklamasi ini membuat kapal-kapal besar atau argo membuat rugi hingga miliaran rupiah. Sistem stay sebelum sandar karena terhalang reklamasi membawa kerugian besar bagi pekerjaannya.

"Ada situasi tertentu yang orang berseragam sekalipun dan aktif di Tanjung Priuk tidak bebas memasuki wilayah pembangunan atau penimbunan Teluk Jakarta. Salah satu hal yang saya alami berkaitan dengan pekerjaan saya adalah sistem sandar kapal. Ini benar-benar membuat delay dan merugikan. Karena tidak bisa langsung sandar dan harus stay di tengah laut terlebih dahulu," ucap Budi di Hotel Sofyan, Jakarta, Selasa (24/10).

Alumnus kampus lainnya, Nurapong, dari Unhas menyatakan dia mendapat pesan dari salah satu guru besar Universitas Hasanudin yang meminta Unhas juga bergerak menolak reklamasi. "Saya mendapat pesan. Dia senior saya. Dia sangat marah. Kok kita belum bergerak sementara kampus lain sudah bergerak. Jadi kami akan bersama dengan teman-teman untuk menolak reklamasi," ucap Nurapong.

Dalam konferensi pers itu sendiri, pihak Alumni ITB menyatakan menolak reklamasi dan meminta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, untuk mengeluarkan kajian yang dinyatakan mendukung dicabutnya moratorium reklamasi Teluk Jakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement