Senin 23 Oct 2017 21:59 WIB

Panglima Ditolak AS, Pimpinan DPR: Etika Perlu Diperjelas

Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo
Foto: ROL/Abdul Kodir
Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan menilai etika diplomatik antara Indonesia dengan Amerika Serikat perlu diperjelas. Ini agar tidak terjadi lagi insiden ditolaknya kedatangan pejabat Indonesia meskipun mendapat undangan resmi dari negara tersebut.

"Etika diplomatiknya perlu dipertegas dan diperjelas sehingga jangan sampai insiden yang dialami Pak Gatot Nurmantyo terjadi kembali," kata Taufik usai menghadiri "International Conference on Indonesian Social and Political Enquiries 2017" di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (23/10).

Dia mengatakan dirinya telah mendapatkan informasi bahwa Kementerian Pertahanan AS meminta maaf terkait insiden tersebut. Namun tetap saja kejadian itu menjadi catatan merah bagi hubungan kedua negara.

Namun menurut dia, klarifikasi informal kedua negara harus tetap dilakukan dan hasilnya tidak perlu dipublikasikan kepada masyarakat. "Meskipun masalah tersebut sudah selesai namun perlu diperjelas secara informasi agar tidak ada masalah dan tidak perlu dipublikasikan," ujarnya.

Politisi PAN itu mengatakan, kalau kedua negara menilai masalah itu telah selesai dan AS sudah meminta maaf maka dirinya mempersilahkan ditempuhnya klarifikasi informal.

Menurut dia, klarifikasi informal dibutuhkan agar hubungan baik Indonesia-AS tetap terjaga dengan prinsip bebas aktif dan saling menghormati. "Jangan sampai karena alasan teknis terjadi salah paham sehingga jangan sampai terjadi hubungan tidak baik sehingga harus dikonfirmasi," katanya.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Wuryanto mengatakan, Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo ditolak untuk memasuki wilayah Amerika Serikat ketika akan berangkat ke negara digdaya itu untuk menghadiri acara "Chiefs of Defense Conference on Country Violent Extremist Organization" (VEOs) yang dilaksanakan pada Senin hingga Selasa (24/10) di Washington DC, AS.

Jenderal TNI Gatot Nurmantyo beserta istri dan delegasi telah mengurus visa dan administrasi lainnya untuk persiapan keberangkatan. "Kemudian pada Sabtu (21/10), Panglima TNI siap berangkat menggunakan maskapai penerbangan Emirates, namun beberapa saat sebelum keberangkatan ada pemberitahuan dari maskapai penerbangan bahwa Panglima TNI beserta delegasi tidak boleh memasuki wilayah AS oleh US Custom and Border Protection," jelas Mayjen TNI Wuryanto di Jakarta, Ahad (22/10).

Wuryanto menjelaskan bahwa Panglima TNI mendapat undangan secara resmi yang dikirim oleh Pangab Amerika Serikat Jenderal Joseph F Durford Jr dan kemudian Jenderal TNI Gatot Nutmantyo membalas surat tersebut serta mengkonfimasi kehadirannya sebagai bentuk penghargaan dan perhatian.

Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) James Mattis menyampaikan permohonan maaf kepada Menhan RI Ryamizard Ryacudu atas insiden ditolaknya Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement