Senin 23 Oct 2017 09:56 WIB

Panen Turun, Usaha Selep Padi Keliling Ikutan Paceklik

Sejumlah pekerja mengeringkan gabah di pelataran penggilingan padi/ilustrasi
Foto: Antara
Sejumlah pekerja mengeringkan gabah di pelataran penggilingan padi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Para pengusaha jasa selep padi keliling di Desa Pengkok Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen pada musim paceklik saat ini, permintaan masyarakat untuk menyelepkan gabahnya menurun hingga dua kali lipat.

Seorang pengusaha selep padi keliling Mulyono (45) warga Desa Pengkok Kecamatan Kedawung Masaran Sragen, Senin, mengatakan, usaha selep padi keliling pada musim paceklik sekarang ini, menurun dratis, karena petani yang panen hanya satu dua orang sehingga penghasilannya menurun dua kali lipat.

Selain itu, kata Mulyono, juga persaingan ketat usaha selep padi keliling, sangat mempengaruhi pendapatan. Dirinya sebelumnya dengan selep padinya ini, rata-rata mampu mendapat penghasilan bersih sekitar Rp400.000 per hari, tetapi kini untuk mencari Rp 200 ribu per hari cukup sulit.

Bahkan, usaha selep padi keliling di Kecamatan Kedawung Sragen yang sebelumnya persaingan masih sedikit untuk mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp 600 ribu per hari masih gampang.

"Petani sekarang yang menjaid usaha sele padi keliling jumlahnya sudah mencapai 200 orang, persaingan semakin ketat," kata Mulyono yng juga sebagai petani di Kedawung.

Mulyono yang mengaku melakukan usaha sebagai jasa selep padi keliling tersebut sudah selama 17 tahun ini, dengan modal memesan mesin diesel selep seharga Rp 40 juta per unit. Menurut dia, kemampuan produksi dengan mesin selep padinya rata-rata mencapai 40 sak gabah kering giling per hari atau sekitar 1 ton. Setiap sat gabah itu, bisa menghasilkan beras antara 40 kg hingga 45 kg.

"Saya menyelep setiap satu sak gabah untuk menjadi beras mendapatkan uang jasa Rp 15 ribu. Penghasilan bersih sekarang rata-rata Rp 1 juta per bulan," katanya.

Para pelanggannya yang meminta jasanya untuk menyelep gabahnya, kata dia, mereka biasanya melalui telepon genggamnya, sehingga mesin selepnya langsung di bawa ke rumah pelanggannya.

"Kami rata-rata hanya menghabiskan pembelian untuk minyak solar Rp 50 ribu per hari. Hasilnya lumpayan bisa untuk menyekolahkan anak dan kebutuhan sehari-hari," katanya. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement