Ahad 22 Oct 2017 10:28 WIB

Warga Kembali Kesulitan Dapatkan LPG 3 KG

Pekerja memeriksa segel tabung LPG ukuran tiga kilogram di Depot LPG Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (28/7).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pekerja memeriksa segel tabung LPG ukuran tiga kilogram di Depot LPG Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (28/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG — Sejumlah warga di sebagian wilayah Kota Bandar Lampung kembali kesulitan mendapatkan bahan bakar untuk memasak berupa elpiji (LPG) dalam ukuran tabung tiga kilogram.

"Saya mencari ke beberapa warung penjual, kosong. Biasaya di setiap warung penjual tersedia. Katanya sudah beberapa hari tidak mendapat pasokan," kata M.Yusuf warga Labuhanratu Raya, Kecamatan Labuhanratu, Kota Bandarlampung, Ahad (22/10).

Ia menjelaskan, beberapa pemilik warung yang menjual LPG tersebut mengaku sudah beberapa hari tidak mendapatkan pasokan sehingga terjadi kekosongan. "Seorang pemilik warung pun untuk memenuhi kebutuhan elpijinya harus membeli ke tempat lain, yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya," kata dia.

Yusuf mengatakan, di salah satu warung yang letakknya di tengah permukiman warga itu harganya masih Rp 20 ribu per tabung. "Itu pun katanya tinggal satu, dan sudah beberapa hari belum ada pengiriman," katanya.

Warga lainnya, Ny Rani, mengatakan ia terpaksa meminta pengojek untuk mencarikan elpiji karena di warung sekitar rumahnya tidak tersedia. "Biaya jadi membengkak dua kali lipat karena untuk membayar pengojek juga," kata dia.

Harga elpiji yang dibeli pun mengalami kenaikan dari biasanya Rp 20 ribu kini menjadi Rp 22.500 per tabung. "Karena kebutuhan dasar ya tetap dibeli menjadi Rp 32.500 dengan ongkos pengojeknya Rp 10 ribu," kata dia.

Karena itu, warga mengharapkan pemerintah segera memperbaiki distribusi elpiji khususnya yang digunakan oleh kaum menengan ke bawah yakni dalam tabung ukuran tiga kilogram. "Saya masih melihat beberapa pemilik warung makan yang cukup ramai pun menggunakan elpiji tiga kilogram. Ini yang perlu diatur," kata Ny Rani yang tinggal di rumah bedeng kontrakan.

Warga menanti distribusi gas yang sedang dilakukan Kementerian ESDM segera terealisasi dan mencakup semua lokasi. "Kami sangat menanti itu, tetapi informasi yang saya peroleh di Labuhanratu belum masuk, hal itu diperkuat dengan tidak adanya penggalian untuk memasang pipa gasnya," kata Ny Oki, warga Labuhanratu Raya.

"Padahal kalau kampung kami mendapatkan itu, kan tidak kesulitan seperti ini untuk mendapatkan gas. Karena gas tersalur ke rumah seperti listrik dan air PAM," katanya.

Ia pun menyesalkan mengapa daerahnya tidak mendapatkan ‘jatah’ distribusi jaringan pipa gas tersebut.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement