REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Keterbatasan lahan yang ada di Indonesia, termasuk konversi lahan membuat Indonesia terancam defisit pangan. Bahkan defisit pangan mencapai 780 ribu ton beras pada 2025.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Kajian Strategis Kebijakan Pangan IPB Dodik Ridho Nurrochmat dalam diskusi "Rembug Daerah Bidang Pangan" di Kampus IPB, Jumat (20/10).
Menurut Dodik, lahan pertanian yang ada saat ini banyak terkonversi menjadi lahan permukiman sejalan dengan urbanisasi. "Lahan pertanian yang bisa di Jawa saat ini hanya hortikultura," kata dia.
Dodik yang juga adalah Guru Besar IPB bahkan mengakui jika pada 2014, Indonesia telah kekurangan 1,3 juta ton beras. Solusinya adalah melakukan optamalisasi lahan dan pertanaman yang efektif.
Perum Bulog pun meragukan tercapainya target serapan gabah 800 ribu ton tahun ini. Direktur Operasional Bulog Karyawan Gunarso mengatakan, hingga saat ini, baru 350 ribu ton yang terserap dari target tersebut. Sementara, Indonesia telah memasuki musim hujan dengan panen yang kurang baik.
Bulog berharap hingga akhir tahun memiliki stok sebesar satu juta ton. Meski optimistis mencapai angka tersebut, tapi kondisi panen yang kurang baik membuat Gunarso pesimistis. "Kami ambil pesimistisnya 600 ribu ton," katanya.