REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI -- Intimidasi terhadap pengemudi angkutan online kembali terjadi. Ahmad, salah seorang pengemudi angkutan berbasis aplikasi atau online di Kota Cimahi, mendapatkan intimidasi dari pengemudi angkutan konvensional pada Rabu (18/10) sekitar pukul 12.00 WIB di kawasan Puri Fajar, Kota Cimahi.
Ahmad mengaku dijebak oleh pengemudi konvensional melalui orderan yang dipesan. "Pukul 12.00 (mereka) bikin orderan jebakan dan meminta dijemput di Puri Fajar untuk diturunkan di Rumah Sakit Cibabat," cerita dia melalui sambungan telepon.
Meski lokasi penjemputan di Puri Fajar relatif aman, namun Ahmad mengatakan tetap waspada. Saat diperjalanan hendak menjemput di lokasi yang ditentukan, pemesan tersebut menelepon kembali dan meminta dijemput di salah satu minimarket yang tidak jauh dari lokasi penjemputan.
"Saya bilang, pak jangan di sana. Soalnya banyak angkot (konvensional). Kita hargai angkot," ujarnya menirukan pembicaraan saat siang tadi.
Kemudian saat tiba di Puri Fajar, Ahmad mengaku tidak melihat orang yang memesan tersebut. Ia langsung menghubungi pemesan tersebut namun ternyata no teleponnya tidak aktif.
Setelah itu, sekitar 15 menit kemudian ia kembali menelepon pemesan dan diangkat. "Orang tersebut minta dijemput di Puskesmas. Saya bilang di sana banyak angkot, terus dia bilang saya yang tanggung resikonya," katanya.
Saat tiba di Puskesmas untuk menjemput konsumen tersebut, kendaraan Ahmad langsung dihadang oleh tujuh orang yang ternyata pengemudi angkutan konvensional. Ahmad pun mendapatkan intimidasi dari orang-orang tersebut.
Ahmad mengaku telah melaporkan kejadian tersebut ke Polres Cimahi dan sudah diproses. "Saya dijebak, tujuh orang menghalangi kendaraan saya," ungkapnya.
Terpisah, pengusaha angkutan online, Akbar Ginanjar mengungkapkan saat ini pihaknya tengah berada di Cibeber, Kota Cimahi, untuk mencari orang yang telah melakukan intimidasi kepada rekan-rekan pengemudi angkutan online.
"Ada inisiatif dari rekan rekan di lapangan untuk mencari orangnya. Kita aksi solidaritas bukan untuk mencari kerusuhan," ungkapnya.
Akbar mengaku kecewa dengan sikap pemerintah yang kurang tanggap terhadap kisruh angkutan online.