Rabu 18 Oct 2017 16:19 WIB

Pekan Depan, Ada Festival Jogja Kota Batik Dunia

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Konferensi pers rencana penyelenggaraan Festival Jogja Kota Batik Dunia.
Foto: Wahyu Suryana/ REPUBLIKA
Konferensi pers rencana penyelenggaraan Festival Jogja Kota Batik Dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Jogja Kota Batik Dunia akan kembali digelar 25-29 Oktober 2017 mendatang. Festival dua tahunan itu akan mengambil tempat di Jogja Expo Center (JEC) dan Jalan Malioboro di Yogyakarta, dan akan menampilkan berbagai kegiatan yang sepenuhnya berhubungan dengan batik.

Ini merupakan upaya mempertahankan eksistensi terpilihnya Daerah Istimewa Yogyakarta pada 18 Oktober 2014, sebagai Kota Batik Dunia dari World Craft Council (WCC) di Dongyang Cina. Karenanya, tema yang akan diangkat tidak main-main yaitu Batik to the Moon.

 

Masyarakat pun bisa mengikuti berbagai kegiatan yang akan ditampilkan seperti pameran batik, pagelaran busana batik, Yogya Batik Parade, lomba desain pakaian batik tren internasional, lomba batik motif Yogya istimewa dan lomba souvenir turunan batik.

 

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY, Budi Antono mengatakan, Jogja Kota Batik Dunia akan dibuka langsung Gubernur DIY Sri Sultan Hamngku Buwono X, dan rencananya ditutup Wakil Gubernur DIY Sri Paduka Paku Alam X. Ini jadi perhelatan yang pertama kedua setelah 2016.

 

"Tema Batik to the Moon dimaknai harapan dan cita-cita agar batik dikenal seluruh pelosok dunia dan digunakan dalam berbagai kepentingan," kata Budi, Rabu (18/10).

 

Polin Napitupulu dari Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY menilai, ada tujuh kriteria yang harus dijaga DI Yogyakarta demi menjaga predikat sebagai Kota Baik Dunia. Mulai dari nilai historis, orisinalitas, upaya konservasi melalui regenerasi, nilai ekonomi, ramah lingkungan, reputasi internasional dan konsistensi.

 

Nantinya, lanjut Polin, 23 daerah lain di Indonesia yang memproduksi batik pun akan bergabung di Yogyakarta. Sebab, menurut Polin, walau motif batik masing-masing daerah memiliki khas tersendiri, batik-batik yang akan ditampilkan tentu akan seragam.

 

"Gerakan batik tujuannya tetap pelestarian, jangan sampai batik itu cuma jadi menara yang menakutkan, harapannya pun gubernur atau presiden bisa memakai batik untuk rapat-rapat, karena desainer kita begitu banyak," ujar Polin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement