REPUBLIKA.CO.ID, KARANGASEM -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat aktivitas Gunung Agung Bali saat ini relatif tinggi. Karena, rata-rata jumlah kegempaan vulkanis dan tektonis lokal di atas 600 kali per hari. "Saat ini tercatat aktivitas kegempaan Gunung Agung dari pukul 00.00 Wita hingga 12.00 Wita tercatat sebanyak 486 kali," kata Kasubid Mitigasi Gunung Agung Wilayah Timur PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM, Devy Kamil, saat ditemui di Pos Pantau Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, Rabu (18/10).
Dia mengatakan, aktivitas magmatis di kawah Gunung Agung masih kuat dan jumlah tremor nonharmonik juga terdeteksi dua kali dengan durasi 88-140 detik. Ia menuturkan, aktivitas gempa terbanyak sempat terjadi pada Sabtu (14/10) dengan total aktivitas kegempaan tertinggi 1.136 kali per hari, pada Ahad (15/10) mencapai 787 kali per hari, pada Senin (16/10) mencapai 593 kali per hari, dan pada Selasa (17/10) mencapai 680 kali per hari.
Dia menjelaskan, aktivitas kegempaan yang terasa hingga ke Desa Tejakula, Buleleng itu wajar terjadi ketika magma bergerak dalam jumlah yang masif dan zona untuk produksi magma Gunung Agung itu terasa hingga Bali utara akibat fluida magma di dalam perut gunung terus bergerak.
Terkait apakah masih terjadi aktivitas penggembungan (deformasi) perut Gunung Agung, kata Devy, cenderung berfluktuasi, karena beberapa waktu lalu sempat terjadi inflasi yang cukup kuat dan hal itu akan terus dimonitor. "Kondisi Gunung Agung saat ini belum stabil. Kalau beberapa waktu lalu terdeteksi terjadi deformasi sekitar 1,5 centimeter dari data yang didapat GPS yang dipasang sekitar gunung ini dan perubahannya masih sama seperti sebelumnya," katanya.
Untuk intensitas keluarnya asap berbentuk uap air dan gas dari puncak Gunung Agung, diakuinya, relatif intensif rata-rata 300-500 meter. Namun, pada Sabtu (7/10) memang terjadi kepulan asap Gunung Agung yang mencapai ketinggian 1.500 meter. "Pelepasan asap dan gas vulkanis ini bisa mengurangi tekanan di dalam perut Gunung Agung. Jadi manifestasi adanya asap ini sebagai pelepasan energi atau tekanan di dalam tubuh Gunung Agung," ujar Devy.