Selasa 17 Oct 2017 22:22 WIB

Petani Asal Bandung Barat Raih Penghargaan Dunia dari FAO

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Yudha Manggala P Putra
Logo FAO. Ilustrasi
Foto: Reuters
Logo FAO. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LEMBANG -- Berkat dedikasinya dalam mengembangkan sektor pertanian, sosok Ulus Pirmawan, petani asal Kabupaten Bandung Barat berhasil meraih penghargaan dari organisasi pangan dunia, Food and Agriculture Organization (FAO). Ia mendapat penghargaan bersama empat orang petani lainnya yang berasal dari seluruh Asia Pasifik.

Kemparnya, Shafiqa Wahidi asal Afghanistan, Eri Otsu dari Jepang, Boonpheng Nasomyon asal Thailand, dan Indra Kumari Lawati dari Nepal. Penghargaan diserahkan pada peringatan hari Pangan Sedunia, Senin (16/10) di Kantor Wilayah FAO untuk Asia dan Pasifik di Bangkok, Thailand.

Dalam perbincangan, Ulus mengungkapkan bahwa ia dianggap berhasil oleh FAO melakukan kemandirian dari hulu sampai hilir di sektor pertanian. Salah satu yang membuat dirinya diganjar penghargaan adalah dalam memajukan para petani di Kampung Gandok, Desa Suntenjaya Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

"Orang tua saya mendidik dan mengajarkan saya bertani, sampai bisa menjadi petani mandiri dan meraih penghargaan dari organisasi pangan dunia," ujarnya, Selasa (17/10) melalui pesan singkat.

Lelaki lulusan SD ini mengaku ketekunan dan keuletan dalam mengelola lahan pertanian membuat dirinya berkembang seperti sekarang ini. Bahkan ia dipercaya menjadi Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Wargi Pangupay di kampungnya.

Ia menuturkan, saat ini petani Gapoktan Wargi Pangupay mempunyai produk unggulan yaitu buncis Kenya (baby buncis) yang sudah diekspor ke Singapura sejak 2015 lalu. Tidak hanya itu, beberapa komoditas dikirimkan ke supermarket di Bandung dan Jakarta dan beberapa perusahaan suplier sejak 1995 lalu. "Sayuran lain yang dihasilkan para petani di Kampung Gandok diantaranya ialah tomat, buncis, kol, brokoli, sawo, terong, dan cabai," ungkapnya.

Menurutnya, salah satu strategi yang dilakukan untuk meningkatkan penghasilan petani dengan cara memutus peran tengkulak dalam rantai distribusi komoditas pertanian. Hal itu membuat petani mendapatkan keuntungan yang lebih banyak yaitu dari 1 kg baby buncis memperoleh untung hingga Rp 5000 per kg.

Tidak hanya itu, dirinya menerapkan pembatasan dalam penggunaan pestisida. Dimana, barang tersebut digunakan hanya untuk saat memberantas hama saja. Selain itu, petani di Kampung Gandok memprioritaskan penggunaan pupuk kompos untuk pertanian.

Berbekal pengetahuan yang dimilikinya serta puluhan tahun berkecimpung di sektor pertanian, ia lantas berbagi ilmu dengan petani lainnya seputar mengelola lahan pertanian di wilayahnya. Saat ini, anggota Gapoktan Wargi Pangupay telah menghimpun sekitar 100 petani yang mengelola lahan pertanian seluas sekitar 100 hektare di Kampung Gandok.

Communication Specialist FAO Indonesia, Siska Widyawati mengatakan sosok Ulus dipilih mendapatkan penghargaan karena dirinya dinilai dapat mewujudkan lima strategi objektif ketahanan pangan. Dimana, yang bersangkutan membawa triple-win keuntungan bagi para petani dan keluarganya, serta kelompok tani.

"Pak Ulus bisa memenuhi tiga kriteria triple-win yaitu peningkatan produksi, penambahan penghasilan petani, dan peningkatan nutrisi," katanya. Selain itu, rekomendasi dari Kementerian Pertanian juga turut mempengaruhi pemilihan Ulus sebagai petani teladan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement