Selasa 17 Oct 2017 21:47 WIB

Angin Kencang, Nelayan Kecil tak Bisa Melaut

Rep: Lilis Sri/ Red: Winda Destiana Putri
Nelayan, ilustrasi
Foto: Ismar Patrizki/Antara
Nelayan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Angin kencang masih melanda perairan Indramayu. Kondisi itu membuat nasib nelayan kecil menjadi terpuruk.

Berdasarkan pantauan Republika di muara Desa Karangsong, Kecamatan/Kabupaten Indramayu, Selasa (17/10), perahu kecil milik nelayan hanya ditambatkan begitu saja di pinggir muara. Sejumlah nelayan terlihat mengisi waktu luang dengan memperbaiki jaring maupun perahu mereka.

Salah seorang nelayan setempat, Wadirin, mengakui, angin kencang yang memicu tingginya gelombang di laut sebenarnya telah terjadi sejak lebih dari dua bulan terakhir. Namun, di masa pancaroba (peralihan) dari musim kemarau ke musim penghujan seperti sekarang, kondisi cuaca sulit untuk diprediksi.

"Sudah dua minggu ini saya tidak melaut," kata Wadirin.

Wadirin mengatakan, khawatir mengalami kecelakaan akibat terjangan angin kencang dan gelombang tinggi jika memaksakan diri untuk melaut. Karena itu, dia memilih untuk beristirahat sementara waktu menunggu cuaca membaik.

Wadirin menjelaskan, dalam kondisi seperti ini, ikan di perairan juga sulit untuk ditangkap. Akibatnya, modal yang telah dikeluarkan tidak seimbang dengan hasil tangkapan yang dibawa pulang.

"Saat angin kencang, jaring susah untuk ditebar," terang Wadirin.

Hal senada diungkapkan nelayan lainnya, Otong. Dia pun mengaku saat ini tertpaksa beralih profesi karena tak bisa melaut.

"Ya kerja serabutan, yang penting tetap bisa kasih makan untuk keluarga," tutur Otong.

Terpisah, Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Indramayu, Dedi Aryanto, mengakui, saat ini nelayan kecil lebih banyak yang tidak melaut dibandingkan yang tetap melaut. "Cuaca belum stabil. Nelayan sulit mendapatkan ikan," tutur Dedi.

Sementara itu, Sekjen Serikat Nelayan Indonesia (SNI), Budi Laksana, juga mengakui kencangnya tiupan angin dan tingginya gelombang di laut. Kondisi itu menyebabkan sebagian besar nelayan Indramayu berhenti melaut.

"Tapi tetap ada yang memaksakan diri untuk melaut karena tak memiliki pilihan lain," terang Budi.

Budi menyebutkan, nelayan yang tetap melaut saat inipun tidak memperoleh hasil tangkapan yang maksimal. Dalam kondisi normal, dalam sehari para nelayan bisa menebar jaring sebanyak lima kali. Namun saat ini, bisa lepas jaring sebanyak tiga kali saja sudah bagus.

"Pendapatan nelayan turun hingga 40 persen," tandas Budi.

sumber : Center
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement