REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah survei merilis nama-nama yang dianggap potensial mendampingi Jokowi maju pilpres 2019 mendatang. Di antara yang muncul adalah Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Zulkifli Hasan, Romahurmuzy dan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
Menurut Pengamat Politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, di tengah suasana batin kebangsaan yang gaduh karena isu Komunis serta massifikasi gerakan Islam, maka sebaiknya Jokowi mempertimbangkan dukungan kalangan Islam. Kombinasi kelompok Nasionalis dan Islam dapat meredam potensi konflik sosial, karena keduanya merupakan kekuatan terbesar di republik ini.
Apalagi, sebagaimana dikatakan oleh Wasekjend DPP PDIP, Ahmad Basarah, semangat menyatukan kekuatan Islam dan Nasionalis sudah menjadi visi-misi PDIP dalam memilih calon kepala daerah pada gelaran pilkada 2018, tentunya hal ini akan sangat mungkin berlanjut pada pemilu 2019.
“Pada tahap inilah, figur santri seperti Cak Imin, Zulkifli Hasan, dan Romy layak diperhitungkan,” tutur Adi dalam keteranganya, Senin (16/10).
Di antara tiga nama ketua Umum parpol ini, lanjut Adi, Cak Imin relatif unggul dengan sejumlah alasan. Pertama, perolehan suara PKB melampaui suara PAN dan PPP. Kedua, Cak Imin merupakan representasi kekuatan politik NU saat ini dengan potret keagamaan yang moderat, cocok untuk meredam isu-isu komunisme dan radikalisme. Ketiga, Loyalitas PKB relatif sudah teruji ke Jokowi. Bahkan fungsionaris PKB kerap pasang badan ketika jokowi diserang isu PKI dan komunis.
Nama Zulkifli Hasan juga layak diperhitungkan karena memiliki irisan dengan massa Muhammadiyah. Meski kadang PAN suka bikin manuver mematikan karena kerap berseberangan dengan pemerintah, kerap menjadi oposisi dari dalam. Begitupun dengan Romy, meski peluangnya juga kecil, layak juga diperhitungkan karena mewakili kelompok politik Islam.
Di sisi lain, Adi menambahkan Gatot belum tepat menjadi wakil Jokowi karena dia sebagai TNI aktif. Sebagai panglima TNI Gatot harus konsisten menjadi pihak yang netral serta menjauhi manuver-manuver politik. Gatot juga belum teruji mempunyai pendukung loyal, bisa saja di tengah jalan Gatot akan ditinggalkan pendukungnya.